BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Ditukar dengan dua orang muridmu. Bukankah suamimu bilang bahwa kehilangan murid mudah dicari gantinya dan….“
“Wah-wah-wah, Mahendra benar-benar pandai membadut dan pandai bicara sekarang! Eh, Hitam Jangkung!
Kaukatakan, kalau kami tidak mau memberikan murid-murid kami, lalu bagaimana?” Tang Hauw Lam bertanya sambil tertawa.
“Kami pun tidak memberikan tempat ini!” jawab Mahendra dan bernama Nila Dewi dia lalu siap menjaga di depan guha.
Mutiara Hitam dan suaminya pernah mendengar akan praktek-praktek keji yang dilakukan orang-orang segolongan pertapa Himalaya yang bernama Naragita itu.
Yaitu penghayatan ilmu hitam yang membutuhkan pengorbanan darah dan jiwa anak-anak yang bertulang baik seperti dua orang murid mereka itu.
Akan tetapi Mutiara Hitam dan suaminya masih bersabar dan setelah saling pandang dan bermufakat dalam sinar mata mereka, Mutiara Hitam lalu berkata,
“Nila Dewi dan Mahendra, orang-orang macam kita tidak menyelesaikan urusan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan.
Nah, coba kalian kalahkan kami. Kalau kami kalah, biarlah kami tidak akan merintangi murid-murid kami kalian bawa.”
“Bagus! Ini namanya ucapan orang gagah! Mutiara Hitam, kami makin kagum saja kepadamu,” kata Mahendra.
“Dan kami berjanji, kalau kami kalah, kami akan mengembalikan tempat ini kepadamu dan pergi tanpa banyak ribut lagi.”
“Enak saja kau bicara, Mahendra. Tempat ini memang tempat kami, kami yang menemukan, membersihkan dan membetulkan.
Kalau kami kalah kami mempertaruhkan murid, akan tetapi kalau kalian kalah, kalian juga harus mengorbankan sesuatu.”
“Apa?” Nila Dewi menjerit. “Kau menghendaki nyawa kami?”
“Bodoh! Kami tidak haus darah seperti kalian. Kalau kalian kalah, kalian harus membuatkan sepasang pedang untuk kami, sepasang pedang dari logam yang kutemukan di gunung dalam perjalanan dari barat dahulu.
Hanya kalian saja yang agaknya dapat membuatkan pedang dari logam itu untuk kami, karena tukang-tukang pandai besi yang kami temui semua menyatakan tidak sanggup.”
Mahendra tertawa. “Wah, hebat logam itu, makin menarik! Baiklah, taruhan itu malah menyenangkan kami. Nah, bagaimana pertandingan ini diatur?”
Mutiara Hitam tersenyum. Dia tahu bahwa dua orang ini lihai sekali dan biarpun suaminya memiliki ilmu yang tinggi, akan tetapi ia khawatir kalau-kalau suaminya akan salah tangan melukai atau membunuh lawan.
Hal ini tidak ia kehendaki karena selain tidak ingin menanam permusuhan dengan orang India ini, juga dia membutuhkan tenaga mereka.
“Kita tidak saling bermusuhan dan pertandingan ini merupakan pertandingan yang ada taruhannya, maka harus satu kali berhasil menentukan siapa kalah siapa menang.
Dari pihak kami, aku sendiri yang akan maju menjadi jago, dan aku akan menghadapi jago kalian dengan tangan kosong!”
Mahendra dan Nila Dewl saling pandang. Mereka maklum akan kelihaian Mutiara Hitam, akan tetapi kalau hanya maju dengan tangan…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader