BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Aduh, Bibi, yang mulia, kasihanilah hamba…. yang sudah sebatangkara ini.” “Heh? Ke mana Ibumu?”
“Ibu…. Ibu tewas dalam membela dan menyelamatkan puteri Bibi….” “…. puteriku? Siapa….?” Wajah Ratu Yalina berubah tegang.
“Siapa lagi kalau bukan Kwi Lan Si Mutiara Hitam?” Berdebar jantung Ratu Yalina. jadi benarkah puterinya yang hilang itu berjuluk Mutiara Hitam?
“Bagaimana engkau bisa tahu dia puteriku?” tanyanya makin tegang. “Mendiang Ibu yang menceritakan. Ibu mengambilnya ketika masih bayi dan Kwi Lan menjadi muridnya….”
“Ceritakan semua…., lekas ceritakan semua, anakku!” Ratu Yalina berseru sambil menyambar tangan Suma Kiat dan menariknya masuk ke ruangan dalam.
Ia berseru memanggil pelayan untuk menyediakan makan minum bagi orang, muda ini. Para pelayan terheran-heran dan diam-diam Suma Kiat terkejut.
Karena tangan halus yang mencekal lengannya itu mengandung tenaga dalam yang hebat luar biasa! Sambil makan minum, berceritalah Suma Kiat tentang Kwi Lan.
Tentu saja ia menonjolkan kebaikan-kebaikan ibunya dan dia sendiri. Akhirnya ia menceritakan peristiwa di markas Bouw Lek Couwsu dan dengan akal cerdik ia berkata.
“Saya hanya ikut dengan ibu dan agaknya ibu yang termasuk seorang di antara Bu-tek Ngo-sian kena bujuk Bouw Lek Couwsu untuk memusuhi Kerajaan Sung.
Akan tetapi ketika ibu melihat bahwa di markas Bouw Lek Couwsu itu terdapat tahanan-tahanan penting, yaitu Pangeran Talibu dan Puteri Mimi….”
“Untung mereka sudah bebas dan sedang berangkat pulang. Aku telah mendengar laporan dari pembawa berita, akan tetapi tidak jelas.
Hanya mendengar bahwa Talibu dan Mimi ditawan orang-orang Hsi-hsia akan tetapi kini telah bebas. Bagaimana sesungguhnya yang terjadi?”
“Saya sendiri tidak tahu jelas, Bibi. Hanya kalau tidak salah, mereka itu ditawan karena Bouw Lek Couwsu hendak memaksa Khitan membantunya kalau dia menyerbu Kerajaan Sung.”
Ratu Yalina mengangguk-angguk, “Hemmm, begitukah? Kalau begitu Bouw Lek Couwsu belum mengenal watak bangsa Khitan yang perkasa! Nah, lanjutkan ceritamu, anakku!”
“Ketika ibu melihat Pangeran Talibu dan Puteri Mimi ditahan, apalagi ketika melihat Sumoi Kwi Lan ditahan pula dan hendak diperhina Bu-tek Ngo-sian, ibu lalu marah dan membunuh Bu-tek Siulam.
Akan tetapi ibu dikeroyok banyak orang sakti sehingga tewas dalam usaha menolong Sumoi!” Tak terasa lagi kedua mata Ratu Yalina menjadi basah air mata.
Biarpun Enci Sian Eng telah menculik bayiku, akan tetapi akhirnya dia mengorbankan nyawa untuk anaknya. Kasihan Enci Sian Eng. Demikian keluh hatinya.
“Lanjutkan, anakku.” katanya memandang Suma Kiat dan kini wajah pemuda itu kelihatan tampan dan simpati.
“Saya lalu membawa pergi Sumoi. Sampai di tengah jalan, karena Ibu telah tidak ada, saya sampaikan pesan terakhir Ibu kepada Sumoi.
Siapa kira…. Sumoi menjadi marah-marah dan hampir saja saya dibunuhnya…. uuh-huk-huk…. Bibi, lebih baik Bibi bunuh saja saya agar tidak….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader