BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Aihhh…. ! Ibu….!” Maya menjerit dan menangis sesenggukan, memanggil-manggil ibunya. “Diammm!” Bhutan tiba-tiba menghardiknya, membuat Maya memandang dengan muka pucat kaget dan heran sekali mengapa panglima itu berani membentaknya seperti itu.
Semua pasukan memandang dengan senyum mengejek, agaknya puas hati mereka melihat pemimpin mereka kini pun memperlihatkan kebencian kepada puteri.
Yang membuat mereka terpaksa meninggalkan keluarga mereka seperti sekumpulan domba ditinggalkan untuk menjadi mangsa serigala-serigala buas. “Mengapa engkau menangis? Ditangisipun tiada gunanya!
Ibumu telah mati! Demikian pun isteriku, ibuku, keluargaku!” Dan Panglima ini lalu menangis biarpun tidak mengeluarkan suara, hanya mengeluarkan air mata yang menetes turun di kedua pipinya.
Juga para anggauta pasukan yang empat belas orang banyaknya itu semua kelihatan termangu-mangu penuh duka mengenangkan keluarga masing-masing yang tentu telah menjadi korban pula.
“Kita besok melakukan perjalanan, bukan ke Go-bi-san, akan tetapi membalas dendam kita, membakari rumah-rumah dusun yang sudah menjadi jajahan orang Mongol.”
Demikian kata Bhutan dengan wajah bengis. Anak buahnya bersorak gembira. Biarpun mereka berduka, akan tetapi kini ada jalan untuk melampiaskan duka dan kemarahan mereka biarpun kepada dusun-dusun!
Hal itu berarti mereka akan dapat memperkosa wanita-wanita seperti isteri-isteri dan keluarga mereka diperkosa, dapat membunuh orang-orang seperti keluarga mereka dibunuh, dapat merampok seperti rumah mereka dirampok!
“Akan tetapi, aku harus kalian antarkan ke tempat pertapaan kakek dan nenekku di Go-bi-san!” Maya berseru kaget dengan mata terbelalak.
Bhutan tersenyum mengejek. “Mulai sekarang tidak ada lagi yang mengharuskan aku! Engkau tidak boleh lagi memerintahku, bahkan engkau harus tunduk dan menurut segala kehendakku!”
Para anak buahnya bersorak mengejek. Maya meloncat bangun, mengepal kedua tinjunya dan memandang marah.
“Akan tetapi, apa kalian hendak memberontak? Aku adalah Puteri Maya, puteri dari Raja dan Ratu Khitan! Engkau harus taat kepadaku!”
“Ha-ha-ha, puteri yang manis! Engkau akan kujadikan pengganti isteriku! Setahun dua tahun lagi engkau akan menjadi seorang wanita yang jelita, patut menjadi isteriku. Bukankah begitu kawan-kawan?” kata Bhutan yang terhimpit kedukaan berubah menjadi bengis dan kejam.
Anak buahnya bersorak menyatakan setuju. “Keparat, kau….!” Maya maju dan mengayun tangan hendak menampar muka panglima itu, akan tetapi biarpun sejak kecil dia sudah belajar ilmu silat.
Namun Bhutan bukan laki-laki sembarangan, melainkan seorang panglima pengawal yang tentu saja memiliki kepandaian.
Dia menangkis terus menangkap lengan kecil itu, memutar dan mendorong sehingga tubuh Maya terlempar dan roboh telentang. Terdengar suara ketawa para pasukan pengawal.
“Ha-ha-ha, engkau tidak boleh galak lagi, Nona kecil!” kata mereka. Maya meloncat bangun lagi, akan tetapi lengannya sudah disambar oleh Bhutan dan tangan panglima ini diayun. “Plak-plak-plak-plak” kedua….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader