BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Di kota raja. Semua keluarga itu membutuhkan perlindungan mereka, akan tetapi mereka, lima belas orang ini tidak dapat melindungi keluarga mereka sendiri karena harus melarikan Maya.
Dan mereka dapat membayangkan dengan hati perih betapa malapetaka. tentu menimpa keluarga mereka yang tidak ada pelindungnya.
Duka dan sesal membuat mereka mulai mengomel sepanjang jalan dan mulai memandang kepada Puteri Maya dengan sinar mata benci. Dianggapnya puteri inilah yang menjadi sebab celakanya.
Kalau mereka tidak Pergi mengawal puteri ini, tentu mereka akan dapat menyelamatkan keluarga masing-masing dengan membawa mereka lari mengungsi!
Malam pertama, ketika rombongan ini mengaso dan bersembunyi di dalam hutan, belum nampak perubahan, hanya mereka itu bersungut-sungut mengelilingi api unggun dan tidak banyak cakap.
Namun pemimpin mereka, sudah merasa betapa anak buahnya tidak merasa puas. Hal ini dimengertinya baik-baik karena dia sendiri pun merasa tidak senang harus meninggalkan isterinya yang baru beberapa bulan dikawininya.
Demikian pula malam ke dua, hanya kelihatan para anak buah pasukan itu gelisah dan mulai saling berbisik-bisik.
Namun semua itu pun lewat tanpa peristiwa sesuatu sehingga ketika pada keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke Go-bi-san yang amat jauh, hati Bhutan sudah agak lega.
Akan tetapi, ketika pasukan ini mendengar berita dari orang-orang pelarian dari kota raja bahwa kota raja sudah diserbu musuh dan diduduki, bahwa Kerajaan Khitan kini sudah hancur dan jatuh.
Meledaklah rasa ketidak puasan para anak buah pasukan pengawal, bahkan Bhutan sendiri mendengarkan cerita pengungsi itu dengan wajah pucat.
“Habis semua….!” Demikian antara lain pengungsi itu bercerita. “Mereka itu datang seperti badai mengamuk. Pasukan kita yang mempertahankan, bersama Sang Ratu, digilas habis dan tewas semua!
Istana dirampok dan diduduki, rumah rakyat dibakar, semua laki-laki dewasa dibunuh dan wanita-wanita dijadikan rebutan, diperkosa seperti segerombolan serigala kelaparan melihat domba.
Banyak yang tewas karena diperkosa banyak orang di pinggir-pinggir jalan, di rumah-rumah, di mana saja sehingga jerit mereka memenuhi angkasa.” “Semua wanita, katamu?” Bhutan bertanya, suaranya gemetar.
“Ya, semua! Bahkan yang tua-tua juga! yang setengah kanak-kanak juga! Semua, tidak peduli kaya atau miskin, bangsawan atau rakyat jelata. Habis semua perempuan diperkosa, habis semua pria dibunuh.
Yang tinggal hanya anak-anak kecil dan orang-orang tua yang berkeliaran dan kelaparan kehilangan keluarga….” “Ibuku….! Bagaimana….?” Tiba-tiba Maya menjerit.
Orang yang bercerita itu menarik napas panjang dan menengadah ke langit. “Sang Ratu telah gugur, akan tetapi, demi semua dewa!
Setiap orang Khitan yang masih hidup akan teringat betapa ratu itu tewas dengan senjata di tangan, dengan tubuh penuh luka.
Tewas sebagai seorang gagah perkasa…. hebat sekali, dan agaknya semangatlah yang memimpin semua perlawanan gigih….”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader