BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Baginya. Namun, kini Siauw Bwee bukanlah seperti Siauw Bwee dahulu sebelum melakukan perantauan dan mengalami banyak hal yang hebat.
Dengan gerak kaki tangan kilat, dia masih mampu mempertahankan diri, meloncat ke sana ke mari dan ketika golok besar Bu-koksu menyambar lehernya, tubuhnya merendah dan menyelinap ke kiri.
Kakinya menendang ke depan mengenai lutut Ang-siucai sehingga murid dan orang kepercayaan Bu-koksu itu roboh dengan tulang kaki terlepas dari sambungannya.
Dalam detik berikutnya, tangan kiri Siauw Bwee sudah mendorong ke kiri, membuat Pat-jiu Sin-kauw hampir terguling kalau tidak cepat memasang kuda-kudanya yang hebat sambil mengerahkan Thai-lek-kang.
Dengan marah, Pat-jiu Sin-kauw lalu melancarkan pukulan Thai-lek-kang dan mainkan Soan-hong Sin-ciang mendesak Siauw Bwee.
Kini Siauw Bwee terkurung oleh Bu-koksu, Pat-jiu Sin-kauw dan Thian Ek Cinjin yang ketiganya berusaha merobohkannya dengan serangan-serangan maut, sedangkan di belakangnya.
Para perwira tinggi lainnya siap untuk menghujankan senjatanya. Kalau aku mengamuk, mungkin dapat merobohkan mereka, akan tetapi tentu aku akan kehilangan Suheng.
Sebaiknya aku menggunakan akal untuk menarik bantuannya, pikir Siauw Bwee yang cerdik. Ketika itu, golok Bu-koksu yang merupakan serangan paling berbahaya bagi Siauw Bwee.
Membabat ke arah pinggangnya. Siauw Bwee meloncat ke atas, menangkis hantaman Thian Ek Cinjin dengan tendangan kakinya.
Dan dia sengaja turun dengan tubuh miring di depan Pat-jiu Sin-kauw yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, memukul dengan tenaga Thai-lek-kang sekuatnya.
Tubuhnya berjongkok dan angin keras menyambar dari kedua tangannya yang mendorong ke arah dada Siauw Bwee.
Gadis ini maklum bahwa pukulan itu amat berbahaya, namun kalau dia mengerahkan sin-kang, dia masih mampu menerimanya.
Maka dia mengerahkan sin-kangnya, sengaja terhuyung sehingga pukulan itu ia terima dengan bahunya. “Aduuuhhh….!”
Siauw Bwee mengeluh dan jatuh, terus bergulingan sambil memegangi bahu kanannya yang terkena pukulan Thai-lek-kang.
Pada saat itu, Bu-koksu mengejar dengan golok diputar merupakan gulungan yang mengancam jiwa Siauw Bwee. Gadis ini benar-benar amat tabah.
Dia maklum bahwa kalau suhengnya masih belum mau turun tangan, nyawanya terancam bahaya maut karena dalam bergulingan seperti itu.
Akan sukarlah baginya untuk dapat meloloskan diri dari ancaman golok yang terus mengikutinya. Dia sudah siap, kalau suhengnya tidak juga turun tangan.
Daripada mati konyol, dia akan mengadu nyawa, berlumba dulu dengan Bu-koksu dan mengirim pukulan maut dengan Im-kang dari Pulau Es! “Tringgg….!”
Golok itu terpental ke samping dan Bu-koksu meloncat mundur dengan kaget. “Heiii, Kam-sute…. apa yang kaulakukan ini?” bentaknya.
Akan tetapi Kam Han Ki telah meloncat dan menyambar tangan Siauw Bwee, ditariknya tubuh gadis itu berdiri dan dia mengomel,
“Kau keras kepala! Masih juga tidak mau pergi?” “Tidak! Biar mereka membunuhku, kalau dapat! Engkau pun tidak mempedulikan aku, untuk apa hidup lebih lama lagi?” Siauw Bwee…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader