BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Semalam, terdapat beberapa orang gadis muda yang cantik. Dalam keadaan perang seperti ini, gadis-gadis cantik, pengemis-pengemis tua.
Orang-orang yang kelihatan lemah dan biasa malah mencurigakan, karena para mata-mata selalu menyamar sebagai orang-orang lemah.”
“Alasan dicari-cari! Kalau aku mata-mata, masa akan masuk kota begini saja? Katakan saja kalian kurang ajar agar aku mendapat alasan untuk menghajar kalian!”
Siauw Bwee membentak dan telapak tangannya sudah terasa hendak “mencium” muka dua orang penjaga yang menyebalkan hatinya itu.
“Ssstt, sabarlah, Lihiap,” kata Coa Leng Bu yang segera berkata kepada dua orang yang kelihatan marah oleh kata-kata Siauw Bwee tadi.
“Harap Ji-wi tidak mengganggu. Ketahuilah bahwa aku adalah suheng dari Suma Hoat, putera Jenderal Suma Kiat.
Kalau sampai terjadi keributan antara kita dan terdengar oleh Suma-goanswe, akan membuat hati tidak enak saja.”
Mendengar ini, pucatlah wajah kedua orang penjaga itu. Mereka membungkuk-bungkuk, meminta maaf dan mempersilakan mereka memasuki kota tanpa banyak cakap lagi.
“Huh, menyebalkan sekali anjing-anjing penjilat itu!” Siauw Bwee mengomel. “Kita harus dapat memaafkan mereka, Lihiap. Mereka hanyalah petugas-petugas yang menjalankan kewajibannya.”
“Supek, perlu apa membela orang-orang macam itu? Kalau memang para petugas menjalankan kewajibannya dengan baik dan teliti, siapa yang akan membantah dan mencela?
Aku malah akan menghargainya dan kagum. Ayah pernah bilang bahwa seorang petugas harus memiliki kesetiaan kepada tugasnya. Akan tetapi mereka itu?
Hemm…., mereka hanya melakukan tugas dengan keras penuh tekanan kepada mereka yang lemah dan miskin.
Mereka yang mampu memberi uang sogokan tidak digeledah, dan wanita-wanita muda yang sudi bersikap manis kepada mereka tentu akan terbebas pula dari penggeledahan.
Engkau tadi baru menggunakan nama besar Jenderal Suma saja sudah membuat mereka mundur dan melipat buntut seperti anjing-anjing penjilat ketakutan. Menyebalkan.”
Siauw Bwee memang marah sekali karena nama musuh besarnya, Suma Kiat, terpaksa dipergunakan oleh supeknya untuk menghindarkan keributan.
“Lihiap, engkau adalah seorang yang biarpun masih amat muda, telah berhasil memiliki ilmu kepandaian yang amat hebat.
Namun, tetap saja engkau masih muda dan perlu mempelajari soal hidup dan lebih mengenal diri sendiri agar kesadaran menuntunmu dan membuat pandang matamu waspada terhadap segala yang terjadi di sekelilingmu.
Belajarlah untuk berani menghadapi kenyataan yang bagaimanapun juga, Lihiap. Menghadapi kenyataan tanpa penilaian dan tanpa perbandingan.
Tanpa ingatan akan masa lalu dan renungan akan masa depan maka engkau akan dapat melihat kenyataan itu seperti apa adanya, membuat engkau akan tetap tenang biarpun menghadapi apapun juga.
Dalam keadaan tenang sewajarnya inilah maka segala tindakanmu akan dapat kaupergunakan dengan tepat, dan engkau tidak akan terseret oleh kemarahan dan penasaran.
Penyesalan maupun harapan, karena ketenangan yang timbul…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader