BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Akan tetapi dia pun meninggalkan aku! Aihhh, benci aku….! Benci aku….! Benci…. !” Suara itu makin menjauh.
Kam Liong menghela napas panjang, hatinya penuh kekhawatiran kalau mengenangkan keadaan Suma Hoat.
Diam-diam ia merasa heran mngapa seorang pemuda yang ia tahu berwatak mata keranjang dan suka mengobral cinta di antara pelacur-pelacur tinggi.
Sekarang dapat jatuh cinta seperti itu terhadap seorang gadis! Melihat keluarga itu berduka dan berkabung, Menteri Kam Liong pun berpamit, di sepanjang jalan menyesali nasib keluarganya.
Setibanya di rumah, Suma Hoat jatuh saklt. Dia diserang demam tinggi, setiap hari mengigau dan menyebut-nyebut nama Kim Hwa, kadang-kadang memaki-maki semua perempuan yang disebutnya tidak setia, bercinta palsu dan lain-lain.
Sampai sebulan lebih Suma Hoat jatuh sakit, tidak sadar akan keadaan sekelilingnya. Ayahnya, Panglima Suma Kiat yang amat menyayang putera tunggalnya, tentu saja menjadi bingung dan mengundang semua tabib yang ahli untuk mengobati puteranya.
Pada suatu malam, Suma Hoat sadar dari tidurnya. Dia sudah mulai sembuh dan mulai sadar, tanpa membuka matanya ia mengenangkan semua persitiwa yang menimpanya terkenang kembali kepada Kim Hwa.
Dia mengeluh panjang dan berkata lirih, “Semua perempuan palsu cintanya, yang murni pun tidak setia, malah meninggal pergi!”
Tiba-tiba terdengar suara halus di dekat pembaringan. “Tidak semua perempuan palsu cintanya, Suma Hoat. Betapa mudahnya meminta seorang pemuda seperti engkau. Aku pun…. kalau diberi kesempatan….!”
Jari tangan yang halus menyentuh dahinya dengan mesra, dan saputangan yang harum dipergunakan oleh jari-jari itu mengusap peluh di dadanya.
Suma Hoat membuka mata, terbelalak menandang wajah seorang wanita yang amat cantik, wanita yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun, akan tetapi yang luar biasa cantiknya! Cantik melebihi Kim Hwa!
Muka yang halus itu kemerahan, matanya bergerak-gerak lincah penuh pengertian, mulutnya seolah-olah selalu menantang cium!
Wanita yang matang, menggairahkan, dan gerak-geriknya menunjukkan seorang ahli silat! Wanita cantik jelita yang tidak dikenalnya, namun yang jelas kini merayunya dengan sikap dan kata-katanya, terutama sekali dengan sinar matanya yang penuh nafsu, yang seolah-olah hendak menelanjanginya!
“Kau…. siapakah….?” Suma Hoat bertanya diam-diam kagum melihat wajah itu. “Aku? Namaku Bu Ci Goat, aku…. baru setengah bulan di sini, Aku selir ayahmu yang paling baru.”
“Oohhh….!” Tanpa disadari, seruan ini mengandung kekecewaan. “Mengapa? Tidak girangkah engkau mempunyai seorang ibu muda baru seperti aku?”
Bu Ci Goat sang selir ini mendekatkan mukanya hingga hampir menyentuh hidung Suma Hoat yang mencium bau harun sekali. Jantungnya berdebar dan ia menegur.
“Kalau engkau selir Ayah, mengapa di sini? Mau apa?” Wanita itu tersenyum dari memegang tangan Suma Hoat.
“Engkau sakit, dan sudah sepatutnya aku menengok dan menjaga. Aku pun seorang ahli mengobati penyakit, dan melihat penyakitmu, mudah saja obatnya!”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader