BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suma Hoat teringat bahwa dara yang menyerahkan jiwa raga demikian ikhlas dan mesra adalah wanita yang harus disayangnya, dihormatinya, dibelanya sampai mati!
Adapun Kim Hwa adalah seorang dara yang selama hidupnya belum pernah mengenal cinta, belum pernah berdekatan dengan pria kecuali dengan ayahnya.
Namun, sebagai seorang dara terpelajar, dia maklum apa artinya dijodohkan dengan seorang duda tua yang kaya raya.
Dia seolah-olah dijual seperti seekor kucing atau anjing saja, sebuah benda yang mahal. Dia maklum bahwa dia akan berkorban perasaan selama hidupnya, hal yang membuat ia berduka dan putus asa.
Kalau tidak kepada ayah bundanya, ingin dia membunuh diri saja daripada setiap saat menderita batin, harus menurut dan tunduk dirinya dijadikan benda permainan seorang pria yang sama sekali tidak dicintanya.
Kini, bertemu dengan Suma Hoat yang menolong keselamatan nyawanya, yang begitu jumpa telah merebut hatinya, telah menimbulkan cinta kasihnya.
Kemudian terdorong oleh keadaan yang membangkitkan dorongan dan rangsangan nafsu berahi, menggolakkan darah muda.
Tidaklah mengherankan apabila ia menyerahkan diri bulat-bulat, penuh kerelaan dan kemesraan yang timbul dari keputusasaan akan dikawinkan laki-laki tua yang tak dicintanya! Memang patut dikasihani mereka ini.
Di dalam amukan badai asmara yang memiliki kekuatan tak tertandingi di seluruh alam ini, keduanya lupa sama sekali bahwa kehidupan manusia sudah tidak bebas lagi sehingga mengakibatkan cinta kasih pun tidak bebas lagi!
Manusia telah menciptakan hukum-hukum sehingga kehidupan manusia seo lah-olah terselimuti oleh segala macam hukum.
Belenggu besar mengikat kaki tangan kehidupan manusia berbentuk kebudayaan, kesusilaan dan lain-lain.
Siapa melanggarnya tentu akan terbentur dengan hukum ini dan akan menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Manusia tidak dapat bergerak bebas menurutkan perasaan hatinya, harus lebih dulu melihat ke depan, apakah pelaksanaan perasaan hatinya itu tidak akan bersilang dan melanggar hukum!
Demikian pula dengan cinta! Perjalanan cinta penuh liku-liku, penuh rintangan yang berupa hukum, kesusilaan, kebudayaan, agama dan tradisi.
Manusia di jaman sekarang tidak bisa hidup menurutkan cinta dan pelaksanaannya tanpa mempedulikan semua itu.
Akan terbentur dan…. gagal! Dalam segala hal, juga dalam cinta, manusia harus mempergunakan perhitungan, bukan memperhitungkan untung rugi, melainkan memperhitungkan baik buruknya, terutama menjenguk masa depan.
Karena itu, sekali lagi, patut dikasihani Suma Hoat dan Kim Hwa yang membukakan pikiran dan hati, terjun dan bersenang berdua ke dalam lautan cinta asmara yang memabukkan.
Sehingga sehari semalam kedua manusia ini tidak pernah meninggalkan tanah bertilam rumput itu di mana tiada puas-puasnya mereka saling mencurahkan perasaan cinta mereka.
Baru keesokan harinya mereka berdua menunggang kuda putih, melanjutkan perjalanan ke kota raja. Kuda dijalankan perlahan, dibiarkan berjalan sendiri tanpa kendali.
Kim Hwa duduk dipangku oleh Suma Hoat. Mereka masih mabuk dan nanar, masih setengah terbius oleh kemesraan. Kim Hwa menyembunyikan mukanya di dada kekasihnya dan Suma Hoat melingkarkan lengan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader