BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Tidak, kita tidak akan membiarkan saja. Kita harus menyelidiki ke bawah dan melihat apa yang terjadi.”
“Bagus! Mari kita kejar mereka, biar kugeser batu ini!” Yu Goan meloncat akan tetapi baru saja ia menyentuh batu besar itu Siauw Bwee sudah melarangnya.
“Jangan, Twako. Kalau kita masuk atau turun melalui jalan ini, tentu kita akan menghadapi perlawanan dan bahaya.
Aku tidak takut menghadapi mereka, akan tetapi membayangkan betapa aku harus bertanding dengan orang-orang seperti itu…. hiiiihhhh, aku bisa mati karena jijik!
Pula, kalau kita turun melalui lorong ini, mungkin kita malah menambah kesalahan Gi-hu dalam pandangan mereka.
Mereka itu menjijikkan, akan tetapi juga lihai sekali sehingga kita mungkin akan menemui kegagalan di tengah jalan sebelum sampai di lembah.
Lorong yang merupakan jalan satu-satunya ini pasti terjaga kuat oleh mereka.” Yu Goan mengangguk-angguk dan kagum sekali.
“Habis, bagaimana kita bisa turun kembali ke lembah?” “Perkampungan mereka di bawah itu kelihatan dari atas tebing.
Biarpun curam dan sukar, kalau kita menggunakan besi pengait, pedang dan tambang yang kuat, masa kita tidak dapat turun ke bawah?”
Yu Goan setuju dan mereka segera mencari alat-alat yang mereka butuhkan itu. Kemudian mulailah kedua orang itu menuruni tebing yang amat curam.
Namun dengan kepandaian mereka yang tinggi, dibantu alat-alat itu, dapat juga mereka merayap turun perlahan, menggunakan pedang ditancapkan pada dinding batu karang.
Melorot turun dengan bergantung kepada tambang. Biarpun sukar sekali, dan tidak dapat cepat karena mereka harus amat berhati-hati, sekali jatuh berarti nyawa melayang, mereka dapat merayap ke bawah.
Akan tetapi ternyata oleh mereka bahwa jalan itu benar-benar tidak mudah sama sekali. Biarpun mereka mempergunakan alat-alat.
Terpaksa mereka harus mencari jalan memutar beberapa kali kalau menghadapi jalan buntu, di mana tebing itu berakhir dengan jurang yang tak mungkin dapat dilalui, batunya pecah di bagian bawah.
Terpaksa mereka mencari jalan baru untuk turun dan adakalanya mereka terpaksa merayap ke atas lagi untuk mencari jalan lain.
Sampai malam tiba, mereka baru dapat mencapai sepertiganya saja dalam jarak dari puncak tebing ke lembah dan terpaksa mereka harus melewatkan malam di dalam guha.
Yang terdapat di dinding batu karang yang licin! Pada keesokan harinya, setelah cuaca terang, barulah kedua orang muda itu berani melanjutkan perjalanan.
Ketika mereka mengambil jalan memutar ke selatan, mereka melihat dataran di tengah-tengah antara puncak dan lembah.
Dinding di bagian ini ternyata menembus ke sebuah dataran yang merupakan dataran ke dua di bawah puncak tebing, sungguh merupakan keadaan yang ajaib!
Dataran yang berada di perut gunung, luasnya paling banyak seribu meter persegi, akan tetapi tanahnya penuh dengan tetumbuhan.
Seperti sebuah kampung kecil di puncak, dikelilingi tebing curam, merupakan keadaan yang amat berlawanan dengan lembah itu yang di kelilingi tebing tinggi!
“Mari kita ke sana, siapa tahu dari dataran itu terdapat jalan yang lebih mudah,” kata Siauw Bwee……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader