BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Berbahayanya penyerangan ini dan terpaksa Han Ki yang sudah lelah sekali itu memutar pedangnya melindungi tubuh. Ia maklum bahwa kalau dia hanya melindungi tubuh saja.
Tentu penyerangan itu takkan berhenti dan akhirnya ia akan celaka. Maka ia melirik ke sekelilingnya dan melihat di mana adanya musuh-musuh yang menghujankan anak panah.
Tiba-tiba tubuhnya melesat ke kiri, luar biasa cepatnya mendahului gerakan anak panah berikutnya, pedangnya berkelebat dan robohlah lima orang pemanah yang bersembunyi di sebelah kirinya.
Han Ki mengamuk terus. Kini tidak ada lagi lawan yang berani mendekat, apalagi karena pihak Mancu harus menjaga desakan pasukan Yucen yang berbesar hati menyaksikan sepak terjang Han Ki.
Yang biarpun tidak secara terang-terangan membantu mereka, namun pengamukan pemuda sakti itu terhadap pihak Mancu benar-benar menguntungkan mereka.
Perang di antara kedua pasukan itu masih berlangsung, akan tetapi Han Ki sudah kehabisan tenaga. Dia sudah tidak mengamuk lagi.
Jangankan mengamuk, berjalan dan bahkan berdiri pun dia sudah tidak kuat. Dia harus mengaso, tubuhnya lelah sekali, marahnya berkurang dan ia menjatuhkan diri berlutut.
Tangan kanan memegang gagang pedang yang ditancapkan di atas tanah, mukanya menunduk, matanya terpejam. Rambutnya awut-awutan, seperti juga pakaiannya.
Tangan, muka dan tubuhnya berlepotan darah kental menghitam, darah lawan dan darahnya sendiri. Namun, tidak ada yang berani mendekatinya biarpun pemuda itu sudah berada dalam keadaan seperti itu.
Ada dua orang perwira yang hendak menggunakan keuntungan dan kesempatan selagi pemuda itu kelihatan habis tenaga untuk membunuhnya.
Akan tetapi, ketika dua orang perwira Mancu ini menerjang dari depan belakang dengan golok terangkat, tiba-tiba pedang di tangan Han Ki mengeluarkan sinar kilat dua kali, ke depan dan belakang dan….
Dua orang perwira itu roboh dengan perut terobek pedang. Setelah terjadi hal yang mengerikan ini, tidak ada lagi yang berani mengganggu Han Ki yang sudah kehabisan tenaga.
Han Ki benar-benar lelah. Dia mendengar teriakan-teriakan hiruk-pikuk dan gerakan kaki pasukan Yucen yang kacau-balau dan bubar, tanda bahwa pasukan Yucen terdesak lawan dan mulai mundur.
Akan tetapi Han Ki tidak mempedulikan semua itu. Dia tidak peduli apakah pasukan Yucen menang atau kalah karena yang penting baginya hanyalah membalas kematian Sung Hong Kwi kepada orang-orang Mancu sampai tenaganya habis!
Kini mulailah ia sadar kembali. Setelah tubuhnya kehabisan tenaga, rasanya tidak berdaya, pikiran dan hatinya menguasai diri, kesadarannya pulih dan ia merasa terkejut dan menyesal.
Apakah yang telah dilakukannya? Mengapa ia membunuhi demikian banyaknya manusia? Dan dia bukan seorang perajurit Yucen!
Dia membunuhi manusia-manusia Mancu seperti iblis, hanya terdorong oleh kedukaan hati kehilangan Sung Hong Kwi!
Han Ki membuka matanya dan ngeri ia menyaksikan bekas tangannya sendiri, melihat mayat orang Mancu bertumpuk di sekelilingnya.
“Ya Tuhan…., apakah yang telah kulakukan tadi….?” Terbayang olehnya betapa dengan nafsu seperti seekor binatang buas yang kelaparan ia…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader