BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mengamuk selama satu hari, membunuh entah berapa ratus atau berapa ribu orang! Teringat akan semua perbuatannya sehari tadi, tak terasa lagi dua titik air mata membasahi pipi Han Ki.
Apalagi karena ia teringat bertemu kekasihnya, Sung Hong Kwi. Dia mengguncang-guncang kepala seolah-olah hendak mengusir kepeningan, merasa seperti dalam sebuah mimpi yang amat buruk dan mengerikan.
Mengapa ia telah lupa akan segala nasihat gurunya sehingga dia sampai melakukan pembunuhan besar-besaran ini?
Tiba-tiba ia mendengar derap banyak kaki kuda dan melihat pasukan Yucen lari kocar-kacir sehingga keadaan di sekelilingnya sejenak sunyi.
Tak lama kemudian tampaklah pasukan Mancu yang baru tiba, masih segar dan menunggang kuda, agaknya pasukan baru yang membuat pasukan Yucen kocar-kacir tadi.
Namun Han Ki tidak peduli dan dia masih tetap berlutut memulihkan tenaga. Dia tidak akan bergerak kalau tidak diserang orang, bahkan dalam keadaan seperti itu.
Selagi hatinya penuh penyesalan, andaikata diserang orang sekalipun belum tentu dia mau membela diri. “Suheng….!”
Pasukan berkuda itu berhenti dan sesosok bayangan melesat ke dekat Han Ki, lalu berlutut di depan Han Ki. “Suheng….!” Han Ki membuka mata memandang.
Hampir dia tidak percaya akan pandang matanya sendiri. Bertemu seorang wanita cantik dan gagah perkasa, berpakaian sebagai seorang Panglima Besar Mancu. Maya-sumoi….!”
Han Ki tergagap saking bingungnya bertemu sumoinya telah menjadi Panglima Besar Mancu. “Kau…. kau seorang Panglima Mancu?”
“Aihh, Suheng. Kiranya engkau orangnya yang mengamuk dan membinasakan pasukan Mancu. Ah, Suheng, mana mungkin ini? Engkau membantu bangsa Yucen? Bangsa yang telah mengakibatkan kehancuran Khitan? Suheng….”
“Diam!” Han Ki membentak marah lalu bangkit berdiri. “Maya, tidak kusangka bahwa engkau begitu merendahkan diri menjadi kaki tangan Mancu.
Lihat, aku masih orang biasa, aku bukan perajurit Yucen. Kalau aku memusuhi orang Mancu, hal itu adalah karena urusan pribadi…. aku…. aku pun sudah menyesal sekarang.
Akan tetapi engkau…. ahh, engkau mabok akan kedudukan dan kemuliaan, ya? Nah, sekarang engkau menjadi Panglima Besar Mancu, aku sudah banyak membunuh orang-orangmu, engkau mau apa? Mau menangkapku? Membunuhku?”
“Suheng….!” Maya bangkit pula berdiri dan mukanya pucat sekali. “Suheng, mengapa engkau berkata seperti itu kepadaku? Suheng, begitu bencikah engkau kepadaku?
Aku…. aku bukan gila kedudukan. Aku…. aku menggabung dengan Kerajaan Mancu untuk membangun kembali Khitan yang telah hancur, untuk dapat membalas sakit hati orang tua terhadap Yucen, Mongol dan Sung.
Kalau hanya seorang diri, mana mungkin aku dapat membalas, Suheng? Ayah bundaku dan kerajaan mereka hancur oleh Yucen dan Sung, sedangkan Bibi Mutiara Hitam tewas di tangan orang Mongol.
Suheng, marilah engkau pergi bersamaku menghadapi …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader