BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Membangun kembali Kerajaan Mancu dan Khitan, disatukan menjadi negara besar!” Demikian antara lain bujukan yang dikeluarkan oleh Pangeran Bharigan secara sungguh-sungguh.
Maya menghela napas panjang. “Pangeran Bharigan, terima kasih banyak atas segala kebaikanmu dan cinta kasihmu terhadap aku.
Tentang kerja sama, tentu saja aku setuju sekali, bahkan bukankah sekarang kita telah bekerja sama? Akan tetapi tentang perjodohan, maafkan aku, Pangeran. Bagiku, jodoh hanya dapat diikat dengan cinta kedua pihak.”
“Apakah…. apakah tidak ada cinta kasih sedikit saja di hatimu terhadap diriku?” Pertanyaan Pangeran itu yang diucapkan dengan suara gemetar dan secara terang-terangan membuat kedua pipi Maya kemerahan dan hatinya terharu.
“Pangeran, maafkan aku. Aku suka kepadamu semenjak engkau kukenal sebagai Cia Kim Seng si penggembala domba, dan engkau adalah seorang pria yang amat baik, gagah perkasa, tampan, budiman, berkedudukan tinggi.
Pendeknya, tiada cacad celanya bagi seorang gadis. Akan tetapi, soal cinta adalah soal hati dan tidak bisa dipaksakan, Pangeran.”
Wajah yang tampan itu menjadi muram. “Puteri Maya, apakah kata-katamu itu berarti bahwa engkau telah mencinta pria lain?” Maya mengangkat muka memandang.
Mereka saling berpandangan dan akhirnya Maya menundukkan muka dan menarik napas panjang, akan tetapi ia berkata dengan jujur, “Benar, Pangeran.”
Pangeran Bharigan menghela napas panjang. “Aihhh, betapa bahagianya pria itu….” Di dalam suara Pangeran itu terkandung kedukaan dan kekecewaan besar, membuat Maya terharu dan dara ini berkata.
“Tidak, Pangeran, karena agaknya dia tidak menerima cintaku.” Pangeran itu membelalakkan mata dan mengepal tinju. “Apa? Kalau dia menolak cinta kasihmu, sudah terang dia itu orang gila!”
“Pangeran!” “Maafkan aku, Maya….!” Kemudian pangeran itu dapat menguasai hatinya dan tersenyum, memaksa diri bergembira sambil berkata.
“Sudahlah, aku tidak semestinya menggodamu dan kita hentikan saja pembicaraan mengenai hal yang mendatangkan kepahitan di hati kita itu.
Maafkan aku sekali lagi, dan aku hanya berdoa semoga engkau bahagia, dan…. semoga akan tumbuh tunas cinta di hatimu terhadap aku, Maya.”
Biarpun semenjak saat itu sikap Pangeran Bharigan terhadap dirinya menjadi biasa kembali dan pangeran itu tidak pernah lagi menyinggung-nyinggung soal cinta.
Namun ia tahu dari pandangan mata pangeran itu kepadanya bahwa cinta kasih yang bersemi di hati pangeran itu semakin mendalam dan pangeran ini selalu masih mengharapkan sambutannya.
Hal-hal itulah yang membuat Maya kadang-kadang termenung, teringat dengan hati perih kepada Kam Han Ki, suhengnya dan juga gurunya yang amat dicintanya.
Pada suatu hari, selagi Pangeran Bharigan berunding dengan Maya, membicarakan pergerakan bala tentara Yucen tak jauh dari perbatasan barat.
Tiba-tiba datang berita yang mengejutkan bahwa pasukan Mancu yang menjaga di perbatasan barat itu hancur diserbu pasukan Yucen yang besar dan amat kuat! Lebih dari setengah jumlah pasukan Mancu….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader