BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ke arah, Si Tinggi Kurus dengan kekuatan dahsyat. “Ahhh….!” Perampok tinggi kurus itu terkejut, menggunakan kedua tangan untuk menerima peti.
Akan tetapi tak tertahan olehnya dan dialah yang roboh terjengkang, kepalanya pecah tertimpa peti yang berat! Para perampok yang tinggal delapan orang itu menjadi marah sekali.
Mereka menurunkan bawaan masing-masing, mencabut senjata lalu menerjang Siangkoan Lee seperti serombongan srigala mengamuk.
Pemuda kurus ini pun membentak keras dan mencabut sebatang golok melengkung yang amat tajam, memutar golok menghadapi pengeroyokan delapan orang itu tanpa merasa gentar sedikit pun.
Ternyata olehnya bahwa para perampok itu bukanlah orang-orang biasa, melainkan penjahat-penjahat kawakan yang pandai ilmu silat dan bertenaga besar.
Namun, Siangkoan Lee mainkan goloknya dengan hebat dan sebagai murid yang tekun dari Suma Kiat yang berilmu tinggi, tentu saja gerakannya selain cepat juga mengandung tenaga sin-kang yang kuat.
Sementara itu, Suma Hoat membalapkan kudanya melewati para anak buah perampok yang ia serahkan kepada sutenya, terus mengejar kepala perampok yang melarikan wanita itu.
Karena kepala rampok itu menjalankan kudanya perlahan sambil tertawa-tawa dan tangannya menggerayangi tubuh wanita rampasannya.
Sambil mencium dan kelihatan makin gembira karena wanita itu meronta-ronta, sebentar saja kuda Suma Hoat telah menyusulnya.
“Berhenti kamu keparat hina!” bentak Suma Hoat dan sekali meloncat tubuhnya sudah berdiri menghadang di depan kuda yang ditunggangi kepala perampok tinggi besar itu.
Kepala perampok yang tubuhnya seperti raksasa itu membelalakkan matanya yang lebar. Kumis dan jenggotnya yang tebal bergerak-gerak, mukanya menjadi merah dan dia menjadi marah sekali.
“Heh, siapa engkau bocah yang bosan hidup?” bentaknya sambil melompat turun dan masih memondong wanita yang kini berhenti meronta dan memandang kepada Suma Hoat dengan mata terbelalak seperti seekor kelinci ketakutan.
Namun dari sinar matanya timbul harapan yang tadinya sudah patah. “Serrr….!” Jantung Suma Hoat seperti berhenti berdetik tertikam sinar mata itu. Tak disangkanya dia akan melihat seorang dara yang seperti itu.
Cantik jelita, manis dan berwajah seperti bidadari! Mengingat betapa tangan kasar dan kotor kepala perampok itu tadi menggerayangi tubuh Si Jelita.
Apalagi mengingat betapa wajah menyeramkan penuh cambang bauk itu tadi mencium muka yang begitu halus, bibir yang begitu merah segar, kemarahannya meluap dan darahnya seperti mendidih.
“Binatang rendah!” ia memaki sambil menunjuk ke arah muka kepala perampok itu. “Engkau tidak mengenal Suma-kongcu, putera Panglima Suma Kiat? Engkau telah merampok, membunuh orang dan menculik gadis terhormat.”
Sekarang tibalah saatnya engkau mampus di tangan Suma Hoat!” “Heh-heh-heh! Aku Si Tangan Besi Ciu Ok mana kenal segala macam bangsawan tukang korup?
Kalau engkau sudah bosan hidup, marilah!” Perampok itu melepaskan tubuh dara itu setelah menotok punggungnya membuat dara itu lemas dan rebah miring di atas rumput.
“Kautunggulah sebentar, calon biniku, heh-heh! Lihat dan nikmati baik-baik ….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader