BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Maju dengan dua pukulan susul-menyusul ke arah kedua paha kaki Kian Ti Hosiang. Angin dahsyat menyambar ketika kedua tangan Suma Hoat dengan jari-jari terbuka menyambar ke arah Kian Ti Hosiang.
Hebat bukan main pukulan itu karena Suma Hoat telah mengerahkan seluruh sin-kangnya dan menggunakan ilmu pukulan Hun-kin-swee-kut-ciang (Pukulan Memutuskan Otot Menghancurkan Tulang)!
“Krekkk! Krekkkk!” Cepat sekali datangnya dua kali pukulan yang bertubi itu. Terdengar jeritan tertahan kedua orang wanita Beng-kauw dan kedua murid hwesio itu sedangkan tubuh Kian Ti Hosiang jatuh terduduk dalam keadaan bersila.
Kedua kakinya lumpuh karena tulang-tulang kakinya remuk dan otot-ototnya hancur oleh pukulan dahsyat itu. Suma Hoat membelalakkan kedua mata.
Wajahnya pucat memandang hwesio yang memandangnya sambil tersenyum penuh kesabaran dan kemenangan itu! Hwesio itu sama sekali tidak melawan!
Kedua kaki hwesio itu menjadi rusak, lumpuh dan tak mungkin dapat disembuhkan lagi! Dan biarpun kedua kakinya sudah lumpuh, hwesio itu masih memandang kepadanya dengan senyum sabar.
Inilah yang membuat hati Suma Hoat tidak kuat menahan. “Kau…. kau….! Biar tidak kepalang, kalau kau ingin mati…. terimalah ini….!”
Suma Hoat yang merasa ngeri kalau kelak melihat hwesio yang dipukulnya tanpa melawan menjadi seorang lumpuh selama hidupnya, kini menerjang maju dan memukul dengan pukulan paling hebat ke arah dada Kian Ti Hosiang.
Lebih baik melihat hwesio ini mati daripada melihat ia cacad selamanya karena pukulannya yang tidak dilawan!
Kembali pukulan ini diterima tanpa mengelak atau menangkis oleh Kian Ti Hosiang akan tetapi sepasang mata hwesio itu mengeluarkan sinar yang luar biasa.
“Desss….!” Telapak tangan Suma Hoat dengan tepat mengenai dada Kian Ti Hosiang dan akibatnya…. tubuh Suma Hoat terlempar jauh ke belakang.
Sampai lima enam meter jauhnya di mana ia roboh terbanting dan muntahkan darah segar! Dia merangkak bangun, mendekap dada yang terasa sesak.
Memandang ke arah hwesio yang masih bersila itu dengan pandang mata penuh kaget, heran dan kagum bukan main.
Tahulah dia bahwa kalau hwesio ketua Siauw-lim-pai itu melawan, dalam beberapa gebrakan saja dia tentu akan roboh dan kehilangan nyawa!
“Janjinya hanya dua kali pukulan, Suma Hoat. Mengapa engkau memukul lagi?” Dengan tenang Kian Ti Hosiang menegur perlahan.
Suma Hoat tak dapat menjawab karena napasnya makin sesak. Pukulannya tadi mengandung sin-kang sekuatnya dan semua tenaga itu membalik dan menghantam dadanya sendiri.
Ia terhuyung dan cepat menjatuhkan diri duduk bersila, mengatur napas untuk menghindarkan isi dadanya dari ancaman luka yang akan mematikannya.
“Oohhh, bocah setan yang kejam….!” Kam Siang Kui menggeram. “Manusia iblis yang patut dibasmi!” Kam Siang Hui juga membentak.
Kedua orang wanita Beng-kauw ini sudah mencabut pedang dengan kemarahan meluap. Akan tetapi kembali terdengar suara Kian Ti Hosiang,
“Ji-wi Toanio, harap jangan menggagalkan usaha pinceng. Akan sia-sia….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader