BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sinar yang mencuci bersih kekotoran itu.” “Ha-ha-ha! Amat berlawanan dengan aku, bukan? Aku dikatakan pembuat kotor dan engkau adalah pembersih yang kotor.
Eh, hwesio! Karena tugasmu, tentu engkau selalu siap untuk memberantas kejahatan, tentu engkau benci kejahatan, benci kepada orang-orang yang melakukan perbuatan yang dianggap jahat, seperti aku!
Dalam tugasmu, engkau membenci kejahatan, seolah-olah engkau lupa bahwa sesungguhnya karena adanya kejahatan.
Karena adanya orang-orang jahat macam aku inilah, maka membuka kemungkinan dan kesempatan kepada orang-orang seperti engkau untuk memakai jubah pendeta!
Kalau orang-orang jahat macam aku sudah kaubasmi semua, kalau kejahatan sudah tidak ada lagi, ha-ha-ha, hwesio tua, engkau mau bekerja apakah?”
Kedua orang wanita tokoh Beng-kauw itu makin marah, bahkan kini Liang Bi dan Cui Leng juga memandang pucat.
Tidak mengira sama sekali bahwa laki-laki yang telah merebut tubuh dan hati mereka itu adalah seorang yang mempunyai pendirian sedemikian kacau dan jahatnya!
Akan tetapi Kian Ti Hosiang tetap tenang. “Jai-hwa-sian Suma Hoat, pinceng merasa kasihan sekali kepadamu.
Engkau mengalami himpitan jiwa. Jiwamu sakit tertekan oleh nafsu-nafsu yang menguasai dirimu. Pinceng sama sekali tidak membenci orang yang sesat.
Bahkan merasa kasihan dan ingin menolong mereka, termasuk engkau, Suma-sicu!” Kalau saja Ketua Siauw-lim-pai itu marah-marah dan menerjang Suma Hoat dengan serangan lihai.
Tentu pemuda itu suka menerima, karena menganggap hal itu sudah sewajarnya. Akan tetapi, mendengar pendeta ini menaruh kasihan kepadanya, dan ingin menolongnya, kemarahannya menjadi makin meluap.
Dia merasa dipandang rendah sekali, seolah-olah perbuatannya hanyalah perbuatan seorang anak kecil yang nakal!
“Kian Ti Hosiang! Dengar baik-baik. Aku telah menodai kedua orang murid perempuanmu! Nah, bukankah perbuatanku amat terkutuk?
Bukankah engkau sebagai gurunya wajib menghukumku dengan hukuman paling berat? Apakah ini belum cukup hebat?” Kian Ti Hosiang tersenyum dan menggeleng-geleng kepalanya.
“Perbuatanmu amat jahat dan sesat, Suma Hoat dan perasaan pinceng sebagai guru tertikam oleh perbuatanmu dan murid-murid pinceng yang kotor.
Akan tetapi, mengingat bahwa engkau adalah keturunan keluarga pendekar sakti Suling Emas, yakin bahwa perbuatanmu ini tentu ada sebab-sebab yang menimbulkannya.
Pinceng merasa lebih berkewajiban lagi untuk mengingatkanmu, memberi penerangan kepadamu.”
“Pendeta sombong! Katakan saja engkau takut melawan aku!” “Suma Hoat manusia iblis!” Kam Siang Kui membentak marah sekali. Suma Hoat tersenyum lebar.
“Engkau sudah setengah tua akan tetapi masih bersemangat dan cantik, hemmm, kalau ada kesempatan aku suka melayanimu bermain cinta….”
“Jahanam!” Kam Siang Hui yang mendengar encinya dihina seperti itu, sudah tidak dapat mehahan lagi hatinya dan dia sudah menerjang maju dan mengirim pukulan maut yang digerakkan sin-kang.
Sebagai murid Kauw Bian Cinjin, tentu saja dia memiliki ilmu silat yang hebat, maka pukulannya itu pun mendatangkan angin dahsyat.
“Plak! Plak!” Dua kali Suma Hoat menangkis dan dia terhuyung mun….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader