BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Ahh, kalian benar-benar cantik jelita!” katanya sambil mencium bibir Liang Bi, kemudian Cui Leng. Liang Bi mandah saja, tidak seperti Cui Leng yang membalas ciuman itu dengan mesra.
“Koko, sekarang tentu hatimu amat berbahagia, bukan?” Tiba-tiba Cui Leng bertanya, tangannya dengan mesra membelai dagu pemuda itu. Wajah Suma Hoat yang berseri itu tiba-tiba lenyap sinarnya.
Ia merenung dan bibirnya bergerak perlahan. “Bahagia? Aku berbahagia….?” Ia menghela napas dan mengeluarkan sulingnya dari pinggang. Melihat ini, wajah Liang Bi menjadi makin pucat.
“Jangan….! Jangan panggil ular….” Ia merintih. Suma Hoat merangkulnya, mencubit dagunya. “Bi-moi, kekasihku tercinta.
Jangan takut, masa aku mau menakutkan engkau lagi?” Dia lalu meniup sulingnya dan terdengarlah tiupan lagu yang merayu-rayu.
Lagu yang membuat kedua orang gadis itu terpesona dan perlahan-lahan bertitiklah air mata dari sepasang mata mereka.
Lagu itu terdengar begitu sedih, menyayat hati, seolah-olah dalam tiupan itu mereka mendengar hati peniupnya menjerit-jerit dan menangis penuh duka.
Tak lama kemudian, suara suling berhenti dan Suma Hoat yang masih termenung, seperti tidak sadar akan keadaan sekelilingnya.
Memandang sinar matahari pagi yang menerobos di antara celah-celah daun dan bunga, kemudian dia membuka mulut bernyanyi.
“Bahagia, siapakah gerangan Anda? Seribu kali bayanganmu menggapai kuraih kupeluk mesra hanya mendapatkan kenyataan hampa bahwa semua bayanganmu itu bukanlah anda!
Serasa tampak anda mengintai di balik kelopak bunga mengharum menunggang cahaya matahari pagi di balik senyum kekasih jelita di antara tawa sahabat-sahabat di dalam gelak anak-anak.
Di antara tumpukan harta benda di atas kedudukan mulia di balik kemasyhuran nama namun…. setelah didekap dalam pelukan semua itu pun hampa bukan anda? duhai kebahagiaan siapa dan di mana gerangan anda?”
Belum habis gema suara nyanyian Suma Hoat yang keluar dengan suara gemetar dan selagi kedua orang gadis itu masih terpesona.
Tiba-tiba terdengar suara yang parau dan lirih namun jelas seolah-olah suara itu diucapkan oleh mulut yang dekat dengan telinga mereka, mulut yang tak tampak.
“Mempunyai mata seperti buta sudah ada dicari-cari keluar menjauh siapa bisa memisahkan bayangan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader