BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kemudian ia melangkah maju, membujuk, “Suci, mengapa engkau berkeras? Suci, Hoat-koko benar-benar mencinta kita, dia tidak bermaksud jahat. Dia mencinta kita dan dia baik sekali.
Suci, di dunia ini sukarlah berternu dengan seorang pria seperti dia. Tampan, berilmu tinggi, menarik hati dan…. dan…. engkau tentu akan merasa bahagia sekali kalau suka melayani dan membalas cinta kasihnya.
Suci, ke mana-mana kita berdua, kita mengalami suka-duka berdua, mengalami bahaya maut berdua. Sekarang…., aku menikmati kebahagiaan, aku pun ingin agar kita menikmatinya berdua….”
“Cihh! Perempuan rendah! Cui Leng, tidak malukah engkau? Apakah sudah hilang harga dirimu? Engkau menyeret nama dan kehormatanmu ke pecomberan! Aihhh, bagaimana engkau sampai dapat terperosok serendah ini?”
“Suci, apakah artinya malu? Kalau kita suka melakukan suatu perbuatan tanpa merugikan orang lain, mengapa mesti malu? Pula, malu kepada siapakah? Tidak ada orang lain yang akan mengetahuinya!
Suci, kausambutlah Hoat-koko, dan kita bertiga akan hidup bahagia, dan dengan kita bertiga menjadi satu, kita takut kepada siapakah?
Hoat-koko amat lihai, aku sudah membuktikan betapa ia memiliki sin-kang yang amat kuat, memiliki pukulan-pukulan lihai seperti Tiat-ciang-kang dan memiliki ilmu aneh-aneh.
Kalau kita berbaik kepadanya kita dapat belajar ilmu dari dia, alangkah senangnya!”
“Sumoi! Aku masih dapat memaafkan engkau karena kau telah terbujuk. Kaulepaskan aku, mari kita pergi dari tempat terkutuk ini, Sumoi. Marilah, selagi dia tidak ada. Engkau belum tersesat terlalu jauh….”
Akan tetapi Cui Leng menggeleng kepala. “Tidak mungkin, Suci. Aku tidak dapat mundur lagi. Kalau engkau suka melayaninya seperti yang telah kulakukan dan kita menikmati kebahagiaan bersama.
Setelah itu…. tentu Hoat-koko tidak akan mengganggumu lagi dan kita dapat hidup bersama dia atau meninggalkannya dengan hati aman….” Liang Bi membelalakkan matanya.
Gadis ini tidak mengerti mengapa sumoinya bersikeras minta agar dia melayani niat keji pemuda itu! Senja telah mendatang ketika dari jauh terdengar suara suling yang membuat bulu tengkuk Liang Bi berdiri meremang.
Dia merasa ngeri karena teringat bahwa suara itu adalah suara suling Si Pemuda yang pandai menguasai ular dengan sulingnya.
Padahal, di antara segala mahluk di dunia ini, ular adalah binatang yang paling ia takuti. Sejak kecil ia merasa jijik dan takut kepada ular sehingga biarpun kini telah menjadi seorang pendekar wanita yang lihai.
Tetap saja dia merasa jijik dan ngeri kalau melihat ular. Wajahnya menjadi pucat dan napasnya terengah. Cui Leng juga mendengar suara ini dan ia melangkah mundur, memandang dengan sinar mata aneh dan bibirnya tersenyum.
“Engkau mencari sengsara sendiri, Suci. Ingin aku melihat apakah engkau mampu melawan Hoat-koko!”
Makin pucat wajah Liang Bi ketika ia melihat Suma Hoat datang berjalan perlahan sambil meniup sulingnya dan…. di depan pemuda itu tampak seekor ular besar dan panjang merayap maju mengerikan!
Ular ini lebih dari dua meter panjangnya, sebesar betis orang, kulitnya mengkilap berwarna hijau kekuningan, matanya merah. Setelah tiba di ruangan itu, Suma Hoat menghentikan tiupannya dan ular itu pun berhenti….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader