BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ke dalam cengkeraman seorang pendeta dari Tibet yang amat lihai dan yang membangun sarang di Pegunungan Heng-toan di lembah Sungai Ci-sha. Keturunan Kam tidak lah banyak yang masih hidup.
Pendeta Tibet ini berjuluk Hoat Bhok Lama, seorang pendeta berjubah merah yang amat lihai dan yang melanjutkan perkumpulan Agama Beng-kauw dan memaksa bekas anak buah Beng-kauw menjadi anak buahnya.
Akan tetapi, dengan pimpinan di tangannya, Beng-kauw diselewengkan dan dia tidak segan melakukan perbuatan yang jahat.
Namun karena lihainya, segala usaha keturunan pendiri Beng-kauw mendiang Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, yaitu kedua orang wanita she Kam itu, selalu gagal.
Bahkan suami mereka pun tewas di tangan Hoat Bhok Lama! Juga Kauw Bian Cinjin yang sudah amat tua, paman kakek dan juga mereka, tewas di tangan Hoat Bhok Lama!
Demikianlah, dalam usaha mereka untuk menentang, Hoat Bhok Lama, bukan semata-mata membalas dendam kematian suami dan keluarga mereka.
Melainkan dalam usaha mereka untuk merampas kembali Beng-kauw dan membersihkan perkumpulan itu dari penyelewengan.
Kam Sian Kui dan Kam Siang Hui menghubungi Siauw-lim-pai untuk mohon pertolongan Ketua Siauw-lim-pai. Tentu saja. mereka segera turun tangan ketika menyaksikan seorang gadis disiksa dan akan dibunuh dengan ular-ular beracun.
Akan tetapi ketika mendengar bahwa gadis-gadis itu adalah murid-murid Siauw-lim-pai yang katanya akan dikirim oleh Ketua Siauw-lim-pai sebagai wakil, dan yang kini malah membantu pemuda tampan itu.
Kedua orang kakak beradik ini menjadi segan mencampuri. Mereka mengharapkan bantuan Siauw-lim-pai, kalau mereka kini bentrok den gan murid Siauw-lim-pai, apa jadinya?
Maka mereka bergegas pergi mencari Ketua Siauw-lim-pai untuk melaporkan peristiwa yang mereka lihat di hutan itu.
Kam Siang Kui dan Kam Siang Hui mendengar akan nasib buruk yang menimpa keluarga keturunan Suling Emas, pek-hu (uwa) mereka.
Akan tetapi mereka hanya dapat menangis mendengar akan kematian Raja Talibu, Mutiara Hitam dan Kam Liong yang menjadi saudara-saudara misan mereka.
Mereka tidak berdaya berbuat sesuatu karena mereka sendiri pun mengalami nasib yang tidak baik. Suami mereka gugur, Beng-kauw dirampas orang dan diselewengkan.
Mereka tidak dapat mengharapkan bantuan saudara-saudara lain karena mereka menganggap bahwa adik mereka, Kam Han Ki, telah tewas.
Mereka tidak tahu bahwa adik mereka itu masih hidup. Maka satu-satunya harapan mereka adalah Siauw-lim-pai yang mereka tahu memiliki banyak orang pandai dan yang selalu siap membela kebenaran.
Apalagi karena perampas Beng-kauw adalah seorang pendeta, sedikit banyak hal ini akan mencemarkan pula nama Siauw-lim-pai yang menjunjung tinggi Agama Buddha.
Demikianlah, mereka bergegas mencari ketua Siauw-lim-pai, Kian Ti Hosiang, untuk melaporkan dan sekalian untuk berunding dengan ketua itu sendiri mengenai urusan mereka menghadapi Hoat Bhok Lama yang amat lihai.
Kebetulan sekali bahwa pada waktu itu, Kian Ti Hosiang berada di kota Cun-ek, di kaki Pegunungan Ciung-lai, tidak jauh dari situ di dalam sebuah kuil cabang Siauw-lim-pai. Kian Ti Hosiang menerima kedatangan mereka dan dengan sabar dan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader