BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tiba-tiba Suma Hoat tertawa dan ketika kembali Liang Bi menusuk, ia berguling dan tiba-tiba, pada saat ujung pedang Liang Bi menyentuh tanah. Ia punya trik khusus hadapi penolakan korbannya.
Tubuh Suma Hoat mencelat ke atas dan tahu-tahu ia telah memeluk tubuh Liang Bi, meringkus tubuh itu dengan melingkarkan kedua lengan menelikung lengan gadis itu.
Liang Bi menjerit ngeri ketika merasa betapa tubuh yang telanjang bulat itu memeluknya begitu erat. Ia menggigil dan merasa seluruh tubuh lemas maka ia pun roboh terguling bersama Suma Hoat.
Mereka roboh di atas tanah berumput, pedang terlepas dari tangan Liang Bi dan gadis ini hampir pingsan ketika merasa betapa lehernya, pipinya dan bibirnya dicium oleh pemuda yang telanjang bulat itu!
“Aku cinta padamu, Nona. Aihh, betapa cantik manis engkau….!” Suma Hoat berbisik-bisik. “Bunuh aku….! Bunuh saja aku…. !”
Liang Bi merintih dan akhirnya ia tak ingat diri, pingsan oleh rasa jijik dan ngeri ketika merasa betapa tangan pemuda itu menggerayangi tubuhnya.
Kalau saja Suma Hoat tidak ingat bahwa Bi adalah murid Siauw-lim-pai, dan terutama sekali tidak ingat atau menjaga nama Cui Leng, tentu dia akan memperkosa atau membunuh Liang Bi di saat dan di tempat itu juga.
Akan tetapi dia tidak ingin menyusahkan Cui Leng yang sudah bersikap baik kepadanya! Ia gunakan trik licik. Kalau dia memperkosa Liang Bi, gadis yang keras hati ini akhirnya tentu akan membunuh diri dan nama baik Cui Leng akan ternoda.
Dia harus mencari akal untuk menguasai hati dan tubuh Liang Bi tanpa paksaan sehingga gadis itu akan berada dalam kea daan yang sama dengan sumoinya sehingga mereka akan dapat saling menjaga rahasia masing-masing.
Kalau sudah demikian, dia akan dapat meninggalkan mereka berdua sebagai seorang sahabat dan bekas kekasih! Dan dia tidak perlu bermusuhan dengan pihak Siauw-lim-pai yang sama sekali tidak boleh dipandang ringan!
Melihat Liang Bi pingsan, Suma Hoat melepaskannya, mengenakan pakaiannya dan berkata kepada Cui Leng yang tadi menonton dengan penuh kekhawatiran.
“Sucimu keras hati, akan tetapi aku harus menundukkannya, demi menjaga nama baikmu. Aku akan membuat dia suka melayaniku, akan tetapi engkau harus membantuku. Semua ini kita lakukan demi kebaikanmu.”
Cui Leng tak dapat berkata lain kecuali menarik napas panjang dan mengangguk. Diam-diam ia menyesali perbuatannya.
Akan tetapi betapapun juga harus dia akui bahwa belum pernah selama hidupnya ia merasakan kebahagiaan dan kesenangan seperti sekarang.
Dan pula dia pun mengerti bahwa kalau sucinya sudah terjun pula seperti yang telah dia lakukan, rahasianya tentu akan tertutup dan ia aman.
Ketika siuman dari pingsannya, Liang Bi mendapatkan dirinya berada di dalam sebuah rumah yang cukup bersih dan, megah, terikat pada dipan kayu, terbelenggu kaki tangannya.
Suma Hoat yang berpakaian rapi, bersisir dan kelihatan tampan sekali duduk di pinggir pembaringan, Cui Leng tidak tampak dan pemuda itu tersenyum memandangnya ketika ia membuka mata.
Trik baru sedang dimainkannya. “Jahanam….!” Kata-kata yang pertama keluar dari mulut Liang Bi adalah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader