BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kepretan ujung lengan bajunya. Tiba-tiba Mahendra berseru marah sekali dan menyambitkan mangkok tanah pada Kam Liong.
Pendekar ini memukul kearah mangkok dengan jari tangan kiri terbuka. “Brakkk!” Mangkok itu pecah berkeping-keping.
“Mampuslah!” Mahendra berseru dan segulung sinar kuning yang lemas menyambar ke arah kepala Kam Liong.
Pendekar ini terkejut melihat betapa lawannya telah melepaskan kain yang melilit tubuh atasnya dan menggunakan kain kuning itu untuk menyerangnya dengan gerakan seperti seorang nelayan melempar jaring ikan!
Cepat ia mengelak, namun kain itu digerakkan secara lihai sehingga kembali telah melayang untuk “menjaringnya”! Kam Liong terkejut.
Kiranya lawannya ini benar-benar lihai sekali menggunakan kedua tangannya. Tampak sinar kuning emas berkelebat disusul sinar putih dan dia telah memegang suling emas dan kipasnya.
“Suling Emas….!” Mahendra terkejut, meloncat ke belakang dan…. melarikan diri seperti orang ketakutan melihat setan.
Kam Liong tidak mengejar, sejenak memandang suling di tangannya dan menarik napas panjang penuh kagum.
Nama ayahnya, Pendekar sakti Suling Emas, agaknya sedemikian hebatnya sehingga orang hitam aneh tadi pun mengenal senjata itu dan lari ketakutan!
Ia cepat meloncat ke tempat di mana anak tadi digantung dan tidak melihat lagi bocah itu, kecuali wanita India yang masih duduk bersandar pohon dan menghimpun kekuatan dalam. Ia merasa lega.
Kiranya bocah tadi cukup cerdik dan agaknya berhasil melarikan diri sewaktu penculiknya bertanding melawannya.
Dia tidak mengenal dua orang India itu, tidak mempunyai permusuhan dengan mereka. Niatnya hanya menolong anak perempuan itu dan setelah anak, perempuan itu berhasil menyelamatkan diri.
Dia pun tidak mau mengganggu wanita India yang sedang menghimpun tenaga. Kam Liong menyimpan kedua senjatanya dan berlari pergi meninggalkan tempat itu, melanjutkan perjalanannya pulang ke kota raja di selatan.
Di dalam perjalanan pulang ini, selain berduka atas hancurnya Kerajaan Khitan dan tewasnya adik tirinya Raja Talibu.
Berprihatin menyaksikan perkembangan bangsa Yucen yang makin kuat juga Kam Liong merasa gelisah memikirkan hal yang selama ini selalu menjadi duri dalam daging baginya.
Perjalanannya ke utara telah menghasilkan pendengaran-pendengaran yang makin menggelisahkan hatinya.
Yaitu tentang desas-desus bahwa di antara para pembesar yang membujuk-bujuk Kaisar untuk memusuhi Khitan.
Termasuk pula saudara misannya yang bernama Suma Kiat Suma Kiat adalah putera tunggal mendiang bibinya, yaitu Kam Sian Eng, adik tiri ayahnya Suling Emas.
Namun semenjak mudanya, Suma Kiat memiliki watak yang jahat dan palsu (baca cerita MUTIARA HITAM) sehingga ia seringkali bentrok.
Bahkan terasing dari keluarga keturunan Suling Emas, yang terdiri dari para pendekar perkasa yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
Akan tetapi, mengingat bahwa Suma Kiat masih saudara misannya, Kam Liong yang berwatak budiman merasa kasihan dan berkat usahanya.
Akhirnya Suma Kiat dapat diterima oleh Kaisar dan menjabat pangkat panglima dalam, pasukan pertahanan pemerintah. Memang Suma Kiat bukan seorang sembarangan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader