BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kata pula Liong Ki Bok, yang juga berloncatan pergi diikuti semua anak buahnya. Siauw Bwee tercengang dan diam-diam mengeluh. Celaka, usahanya itu sama sekali tidak berhasil.
Hanya berhasil menghentikan pibu hari itu saja, tetapi sama sekali tidak berhasil menghentikan permusuhan di antara kedua kaum, tidak berhasil menghapus dendam di antara mereka.
Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan keras dari arah tempat Kakek Lu Gak bersembunyi. Ia meloncat ke tempat itu dan melihat Lu Gak roboh dengan mata mendelik!
“Lu-locianpwe!” Siauw Bwee cepat memeriksa keadaan kakek itu dan mendapat kenyataan bahwa kakek itu terserang jantungnya dan dalam keadaan pingsan.
Dia lalu memondong tubuh yang hanya berlengan satu itu, membawanya lari kembali ke pondok Lu Gak. Kakek itu setelah sadar lalu mengeluh panjang dan menggeleng kepalanya.
“Keras kepala…. keras kepala mereka itu…. Li-hiap….!”
“Aku akan menghajar mereka, Locianpwe. Akan kupaksa mereka!” Siauw Bwee berkata gemas, maklum bahwa kakek ini merasa berduka sekali.
Ketika tadi menyaksikan betapa kedua kaum itu masih saja tidak mau menghentikan permusuhan mereka, berarti bahwa tugasnya telah gagal!
Akan tetapi, dengan napas terengah-engah kakek itu berkata, “Percuma, Lihiap….! Ahh….! Kiranya hanya Tuhan saja yang akan dapat menggerakkan hati mereka.
Dan membuka mata mereka bahwa semua permusuhan dan dendam itu amatlah tidak baik….”
“Tenanglah, Locianpwe. Yang paling penting Locianpwe memelihara kesehatanmu dulu, nanti perlahan-lahan kita mencari akal. Percayalah, aku akan membantumu.”
“Aihh, kau baik sekali, Li-hiap. Akan tetapi mereka, aahhh….” Dan kakek itu lalu menangis terisak-isak!
Siauw Bwee menjadi terharu sekali dan dia tidak tega meninggalkan kakek itu yang telah menurunkan ilmu silat yang luar biasa kepadanya.
Dengan sabar dia menghibur dan merawat kakek yang menderita sakit itu.
Tiga hari kemudian, selagi Siauw Bwee menggodok obat untuk Kakek Lu Gak, tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar pondok.
Siauw Bwee segera meloncat keluar dan tampaklah semua anggauta kedua kaum bercacad itu berkumpul di luar pondok dan saling memaki,
“Sudah jelas betapa rendah dan curangnya Si Lengan Buntung!” teriak seorang nenek berkaki buntung sambil menudingkan tongkatnya ke arah kelompok lengan buntung yang memandang marah.
“Siapa lagi kalau bukan kalian yang menculik ketua kami dengan bantuan gadis setan itu? Orang she Lu adalah seorang di antara kaummu, tentu membantu kalian!”
“Tutup mulutmu yang kotor!” bentak seorang kakek lengan buntung juga menudingkan telunjuk lengan tunggalnya kepada rombongan kaki buntung.
“Gadis itu pernah berada di tempat kalian, tentu dia telah membantu kalian men culik ketua kami!”
Mendengar ini Siauw Bwee yang baru keluar berseru, “Apa ini saling tuduh dan membawa-bawa aku?”
Semua orang menengok dan ketika melihat Siauw Bwee, seperti men …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader