BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Cengkeram disusul totokan tongkat. Kedua ketua kaum kaki dan lengan buntung, gerakannya cepat bukan main karena dia sudah menggunakan ilmu gerak tangan kilat.
Sedangkan The Bian Le juga sudah menerjang maju dengan pukulan tangan kanan disusul tendangan yang dahsyat!
Namun, karena Siauw Bwee sudah paham betul akan gerakan mereka dan perkembangannya, tahu pula cara pemecahannya, dengan mudah ia mengelak sambil tertawa mengejek.
Makin diserang, makin cepat ia mengelak dan makin keras suara ketawanya sehingga kedua orang ketua itu menjadi makin marah.
Gerakan mereka begitu cepatnya sehingga datangnya serangan tangan Liong Ki Bok seperti hujan dan kedua tangannya seperti berubah menjadi delapan buah saking cepatnya.
Demikian pula, The Bian Le seolah-olah mempunyai delapan buah kaki yang menghujankan tendangan dengan gerak, kaki yang indah dan rapi.
“Duk!” Kedua orang ketua itu terhuyung-huyung karena secara aneh sekali tahu-tahu pangkal paha kaki tunggal Liong Ki Bok sudah kena ditendang Siauw Bwee, sedangkan pangkal lengan satu The Bian Le sudah kena ditepuk!
“Nah, bukankah ilmu kalian seperti ilmu kanak-kanak?” Siauw Bwee mengejek dan cepat mengelak karena kedua orang itu sudah menerjang lagi dengan dahsyat dan penuh kemarahan.
Kini Siauw Bwee bersilat menurut petunjuk Kakek Lu Gak, mainkan dua macam ilmu silat yang merupakan pemecahan rahasia kedua ilmu mereka.
Mulailah keduanya terheran-heran dan terdesak hebat! Mereka segera mengenal ilmu mereka sendiri, dan kini bahkan serangan mereka seperti tetesan air yang menimpa lautan, amblas tanpa bekas.
Sebaliknya setiap serangan Siauw Bwee seolah-olah melumpuhkan semua perkembangan gerakan mereka!
Setelah bertanding selama seratus, jurus, akhirnya dengan gerakan indah sekali Siauw Bwee berhasil menotok thian-hu-hiat mereka secara berbareng dengan kedua tangannya.
Dan seketika kedua orang ketua itu mengeluh dan jatuh terduduk dalam keadaan lumpuh!
Siauw Bwee bertolak pinggang. “Bagaimana, apakah kalian masih memiliki kegagahan untuk memenuhi janji?”
Liong Ki Bok dan The Bian Le tetap membisu, hanya menundukkan muka dengan alis berkerut. Siauw Bwee cepat menotok dan membebaskan mereka yang segera melompat bangun.
Anak buah kedua kaum cacad itu menjadi marah dan mereka sudah bergerak hendak mengeroyok Siauw Bwee. Akan tetapi ketua mereka membentak mereka supaya mundur.
“Aku mengaku kalah. Nona lihai sekali, akan tetapi…. bagaimana Nona dapat mempelajari ilmu gerak tangan kilat kami?” kata Liong Ki Bok.
“Hal itu tidak perlu dibicarakan. Yang penting sekarang, kalian sudah kalah dan harus memenuhi janji untuk menghentikan permusuhan!”
Tiba-tiba The Bian Le berseru, “Mari kita pulang! Biarlah sekali ini kami kaum lengan satu mengaku kalah. Sampai lain tahun!”
Dan ia sudah berlari pergi diikuti dua puluh sembilan orang anak buahnya, pergi dengan wajah muram dan penasaran!
“Kami memenuhi janji dan menghentikan pertempuran untuk kali ini!”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader