BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ditangkap hidup-hidup karena aku ingin tahu siapa yang menyuruhnya memata-matai keadaan kita.”
Karena tidak ingin menimbulkan kekacauan dan kepanikan di antara para pasukan, diam-diam Maya bersama sebelas orang perwiranya mulai melakukan penggeledahan.
Semua kemah dimasukinya, dan para perajurit yang mengira bahwa panglima mereka melakukan pemeriksaan seperti biasa.
Menyambut dengan hormat dan gembira karena ke mana saja Maya datang, tentu akan terlepas kata-kata ramah terhadap semua perajurit sehingga mereka menjadi gembira dan bangga.
Akan tetapi, biarpun semua perkemahan telah dimasuki dan diperiksa, Maya dan para pembantunya tetap saja tidak dapat menemukan jejak mata-mata yang dicarinya. Maya mengerutkan alisnya.
Apakah mata-mata itu sedemikian lihainya sehingga dapat memasuki perkemahan tanpa terlihat penjaga, bahkan tidak diketahui para perajurit yang demikian banyaknya?’
Kalau dia mencampurkan diri dengan para perajurit, hal itu tidaklah mungkin karena para perajuritnya tentu akan mengenal orang asing yang menyelundup.
Untuk itu mereka sudah cukup terlatih dan di antara para perajurit ada banyak macam kode rahasia yang hanya mereka ketahui sehingga penyelundupan orang luar tentu akan segera diketahui.
“Cia-ciangkun, jangan-jangan engkau hanya melihat bayangan burung saja,” kata Kwa-huciang, kepala perwira pembantu utama Maya kepada perwira muda yang baru itu.
“Tak mungkin salah penglihatan Cia Kim Seng,” bantah Maya mendahului sebelum pembantu mudanya yang keras hati itu tersinggung.
“Mata-mata itu tentu amat cerdik dan kalau tidak salah dugaanku, saat ini tentu dia berada di dalam kemahku sendiri.”
“Hahhh….?” Para perwira terkejut, juga Kim Seng memandang panglimanya dengan heran.
“Bagaimanakah Li-ciangkun menduga begitu?” tanya Kim Seng.
Maya tersenyum, “Seorang mata-mata yang pintar akan memancing harimau keluar sarang. Setelah aku dan kalian keluar, tentu dia akan menggeledah kemahku.
Karena pekerjaan mata-mata tentulah menyelidiki keadaan panglima dari sebuah pasukan. Mari kita ke sana!”
Akan tetapi ketika dengan bergegas mereka memasuki kemah besar yang menjadi tempat tinggal Maya, tidak terdapat perubahan dan tak tampak bayangan manusia.
Para pengawal yang bertugas menjaga di luar pintu kemah, masih berdiri tegak dengan tombak di tangan, tanda bahwa mereka pun tidak melihat orang memasuki kemah itu.
Selagi para perwira mengerutkan alis dan memandang Maya penuh pertanyaan, panglima wanita itu menyuruh mereka diam, matanya agak terpejam.
Kulit di antara kulitnya berkerut tanda bahwa dia sedang mengerahkan seluruh perhatiannya.
Tiba-tiba wanita sakti inl berdongak memandang langit-langit tenda, kemudian memberi isyarat kepada Cia Kim Seng, menuding ke atas.
Bekas penggembala domba ini memandang ke atas dan kalau tidak ditunjukkan oleh panglimanya, tentu dia tidak akan tahu.
Kini tampaklah betapa kain tenda di bagian itu bergoyang-goyang sedikit, seolah-olah ada seekor tikus atau kucing di atas sana!
Akan tetapi dia tahu bahwa panglimanya takkan salah duga, tentu Si Mata-mata berada di…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader