BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Menangis. Kim Seng melompat dan membentak mereka, “Eh, eh, apakah kalian sudah gila? Kenapa menangis?”
“Kalau engkau masuk menjadi anggauta Pasukan Maut yang hebat ini, bagaimana dengan kami? Kami mohon diterima pula menjadi anggauta pasukan di bawah pimpinan Li-ciangkun yang sakti!” kata seorang di antara mereka.
Maya tertawa gembira, “Bagus! Bagus! Kumpulkan semua kawan-kawan kalian yang suka membantuku. Aku menerima kalian!”
Para penggembala bersorak dan berdatanganlah penggembala-penggembala yang bertubuh kuat itu dan jumlahnya ada dua puluh tiga orang semuanya pemuda gagah.
Maya menerima mereka dan menyerahkan ganti kerugian kepada dua orang penggembala tua yang tidak ikut masuk.
Kemudian pasukannya bergerak maju bersama Cia Kim Seng dan teman-temannya yang ikut berbaris dengan langkah tegap dan dada membusung ke depan.
Dari penggembala menjadi perajurit Pasukan Maut, hati siapa tidak akan menjadi bangga dan besar?
Di sepanjang jalan Maya melatih ilmu pedang kepada Cia Kim Seng dan giranglah hatinya melihat betapa “muridnya” ini benar-benar memiliki bakat yang baik sekali di samping kekuatan besar.
Keringanan tubuh, dan keberanian yang luar biasa. Juga para penggembala itu ternyata menjadi perajurit-perajurit yang baik dan kuat.
Di sepanjang perjalanan, Maya berhasil mengumpulkan beberapa puluh tenaga sukarela terdiri dari pemuda – pemuda gunung dan dusun.
Sehingga beberapa pekan kemudian pasukan yang tadinya hanya tinggal empat ratus lima puluh orang, kini menjadi lima ratus lebih, meningkat jumlahnya dibanding dengan ketika dia berangkat.
Pada suatu hati, pasukan telah tiba di perbatasan daerah Mancu dan mereka membangun perkemahan di tempat itu.
Karena Maya berniat menghentikan gerakan dan berdiam di situ menanti beberapa orang utusan yang ia kirim menyeberangi perbatasan mengadakan kontak dengan bala tentara Mancu.
Beberapa hari lewat tanpa ada peristiwa penting. Para perajurit setiap hari berlatih olah yuda di bawah pimpinan para perwira, sedangkan para perwira sendiri berlatih silat di bawah petunjuk-petunjuk Maya.
Yang mengagumkan adalah Kim Seng karena ilmu pedangnya menjadi makin hebat saja sehingga dalam latihan dengan kayu, ia sanggup menandingi pengeroyokan sepuluh orang perwira rekannya!
Pemuda ini merasa berterima kasih sekali terhadap Maya yang dia anggap sebagai panglimanya, gurunya, dan orang yang paling dijunjung tinggi, dihormati dan dicintainya!
Akan tetapi pada malam ke empat, Cia Kim Seng menghadap Maya dan berkata lirih,
“Li-ciangkun, saya melihat berkelebatnya bayangan asing dan agaknya ada mata-mata menyelundup. Sudah saya cari, akan tetapi tidak dapat saya temukan. Karena khawatir maka saya datang menghadap dan melapor.”
Sepasang alis Maya berkerut. “Hemm, sungguh berani mati sekali! Mari kita cari dia sampai dapat. Kita geledah semua kemah. Dia harus dapat…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader