BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ngawur, apalagi karena dia harus dapat mempertahankan diri selama sepuluh jurus, maka setiap jurus serangannya harus diperhitungkan benar-benar.
Mengingat pula akan janji wanita muda itu tidak akan merobah kedudukan kedua kakinya, maka Si Penggembala lalu melangkah perlahan-lahan memutari tubuh Maya dengan pecut nya.
Dengan maksud menyerang dari belakang! Kalau diserang dari belakang, mau tidak mau lawannya itu tentu akan membalik tubuh dan dengan sendirinya tentu akan merobah kedudukan kedua kakinya.
Atau setidaknya tentu akan mengangkat sebelah kaki. Dan kalau hal ini terjadi, berarti dia menang!
Ia lalu menerjang dari belakang dengan sabetan yang amat kuat, yang diserang adalah kedua kaki Maya! Memang dia cerdik, tidak saja menyerang dari tempat aman.
Agar dia tidak dapat dirobohkan sampai jurus ke sepuluh, akan tetapi juga dalam jurus terakhir ini dia menyerang kaki lawan dengan pecut nya.
Tak mungkin engkau mengelak atau menangkis, kecuali dengan merubah kedudukan kaki, pikirnya. Untuk menangkis, tentu tangan dara itu tidak sampai ke bawah.
Dan kaki yang tak boleh digerakkan itu mana bisa mengelak! Akan tetapi Maya sama sekali tidak mengelak maupun menangkis.
Melainkan menerima saja sabetan itu sambil mengerahkan sin-kang ke arah kedua kakinya, kemudian pinggangnya berputar, tangan kanannya mendorong dengan pukulan jarak jauh.
“Brettt…. dessss….! Auggghhh….!” Pecut itu mengenai kedua kaki Maya dan melibat-libat kaki, akan tetapi sedikit pun kaki itu tidak tergoyang.
Dan ketika hawa pukulan Maya yang mengandung Im-kang amat kuat itu mengenai dada Si Penggembala.
Tak dapat ditahannya pula tubuh nya terjengkang dan terbanting ke belakang dan dia menggigil!
Para perwira dan perajurit bersorak menyambut kemenangan panglima mereka itu. Akan tetapi Maya mengangkat tangan menyuruh mereka diam, kemudian ia berkata kepada penggembala itu,
“Engkau sudah kalah, harus memenuhi janji menjadi pembantuku. Kerugian domba akan kuganti agar diberikan oleh kawan-kawanmu kepada pemilik domba.”
Di dalam hatinya pemuda gembala itu sudah tunduk dan kagum sekali kepada Maya. Dia lalu berlutut di depan Maya sambil berkata,
“Saya Cia Kim Seng adalah seorang laki-laki sejati yang tidak akan mengingkari janji. Mulai saat ini saya akan membantu Li-ciangkun dan siap melakukan semua perintah dengan taruhan nyawa!
Wajah Maya berseri gembira dan ia menoleh kepada para perwira dan perajurit.
“Para perwira dan perajurit Pasukan Maut yang gagah perkasa. Kita menerima Cia Kim Seng sebagai seorang perwira pembantuku, sebagai seorang anggauta pasukan kita yang jaya!”
Terdengar sorak-sorai riuh-rendah dan para perwira yang tadinya dirobohkan Kim Seng menghampiri pemuda gembala itu dan memeluknya, menepuk-nepuk pundaknya dengan keramahan seorang rekan.
Tentu saja pemuda itu menjadi girang sekali dan ia merasa beruntung berada di tengah-tengah pasukan yang demikian kuat dengan seorang pemimpin yang demikian sakti, muda dan jelita.
Tiba-tiba semua orang tertegun ketika melihat para penggembala…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader