BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tentara Sung. Diam-diam ia menjadi girang dan kagum sekali. Tidak salah lagi, melihat bentuk wajahnya, Maya yang kini menjadi panglimanya itulah Puteri Maya.
Puteri Khitan dari Raja Khitan dan keponakan dari mendiang Menteri Kam Liong! Akan tetapi karena dara itu sudah menyatakan tidak akan menceritakan riwayatnya.
Ia pun diam-diam saja, bahkan tidak memberitahukan dugaannya itu kepada siapapun juga.
Setelah selesai menggembleng pasukan di tepi pantai sampai dua bulan lamanya, pada suatu pagi Bu-ciangkun mengumpulkan para panglimanya yang berjumlah lima orang.
“Barisan Mancu yang menjadi sekutu kita berjanji akan menyambut kita di pantai ini untuk bergabung kemudian bergerak ke selatan.
Akan tetapi, telah sebulan mereka terlambat dan kurirnya juga belum tampak. Aku khawatir kalau-kalau ada perubahan keadaan.
Maka sebaiknya seorrang di antara kalian harus membawa pasukan untuk menghubungi mereka di perbatasan Mancu.
Akan tetapi selain perjalahan itu jauh, melalui daerah-daerah yang kering dan sukar, juga ada bahayanya akan bertemu dengan pasukan-pasukan Mongol, terutama sekali pasukan Kerajaan Cin.
Siapakah di antara kalian yang sanggup melakukan tugas berat ini?”
Seperti telah diduganya, dan juga diharapkannya maka dia sengaja menyebutkan bahaya pasukan Mongol dan Yucen. Maya segera berdiri sigap dan menjawab, “Aku sanggup!”
Empat orang panglima yang lain telah mengenal kelihaian panglima wanita itu, maka mereka tidak berani berebut, bahkan Li-ciangkun yang brewok dan dapat menangkap isi hati panglimanya, segera berkata,
“Memang tugas berat ini paling tepat dilakukan oleh Li-ciangkun dengan pasukan maut nya.”
Bu-ciangkun mengangguk-angguk. “Akan kubuatkan surat untuk pimpinan barisan Mancu yang berada di perbatasan. Li-ciangkun tentu maklum bahwa suratku ini sama harganya dengan nyawa.”
“Baiklah, Tai-ciangkun. Akan kujaga dengan taruhan nyawaku sendiri. Harap jangan khawatir.” Maya pun kini jadi panglima pasukan maut.
“Selain mengadakan hubungan dengan mereka dan menyerahkan suratku, di sepanjang jalan harap Li-ciangkun mencari tenaga-tenaga dari rakyat yang sekiranya akan dapat memperkuat kedudukan kita dan dapat membantu perjuangan kita.”
“Baik!” jawab Maya yang teringat, akan rakyat Khitan. Kalau dia bisa bertemu dengan rakyat Khitan dan membujuk mereka masuk menjadi perajurit di bawah pimpinannya, betapa akan senang hatinya.
Diam-diam timbul keinginan hatinya melihat rakyatnya bangkit di bawah pimpinannya untuk membangun kembali Kerajaan Khitan yang besar dan jaya!
Karena persediaan kuda amat terbatas, pasukan yang dipimpin Maya sebanyak lima ratus orang itu hanya membawa seratus ekor kuda.
Maya dan sepuluh orang perwiranya tentu saja mempunyai masing-masing seekor kuda, adapun seratus ekor kuda itu akan ditunggangi lima ratus orang secara bergilir, lima orang perajurit untuk setiap kuda seekor.
Maka berangkatlah pasukan maut itu dengan megahnya, dipimpin oleh Panglima Muda Maya yang menunggang kuda putih berada di depan.
Diapit dua orang pengawal pembawa bendera. Amat gagah dan barisan itu…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader