BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Wajah Hong Kwi pucat sekali, matanya sayu dan rambutnya yang hitam itu terurai lepas, tubuhnya kelihatan lemah.
Dia memandang Han Ki, beberapa kali bibirnya bergerak namun tidak ada suara keluar. Air mata seperti butiran-butiran mutiara menetes turun dan akhirnya dia dapat juga bersuara,
“Han Ki-koko…. kau datang….? Ahh, Koko…. bawalah aku pergi…. bawalah….!” Kedua lengannya diangkat lemah, diulurkan ke arah Han Ki.
Akan tetapi tiba-tiba kedua lengannya terkulai kembali di atas pembaringan, mukanya yang tadinya menghadap ke Han Ki itu tergolek ke kiri.
Jantung nya yang lemah membuatnya tak mampu bertahan, kaget melihat kedatangan Han Ki, matanya terpejam, hanya mulutnya yang masih agak terbuka seolah-olah dia belum selesai bicara.
“Hong Kwi….!” Han Ki tidak mengenal suaranya sendiri, suara yang terhenti di kerongkongannya.
“Isteriku….!” Pangeran Dhanu, laki-laki gagah itu menubruk dan menangis. Kemudian ia meloncat bangun, memandang Han Ki dan berkata, air matanya masih menetes-netes,
“Jadi engkaukah Kam Han Ki, laki-laki kejam yang menghancurkan hati isteriku? Engkau datang hanya untuk menyaksikan kematiannya? Betapa kejam engkau!”
Ucapan ini bagaikan petir menyambar karena seolah-olah Han Ki baru tahu bahwa kekasihnya, telah meninggal dunia.
Dia menubruk ke depan, dipegangnya tangan kanan Hong Kwi, diguncang-guncangnya pundak mayat itu.
“Hong Kwi…. Hong Kwi….! Ini aku Kam Han Ki! Aku telah datang. Hong Kwi….! Hong Kwi, bukalah matamu, pandanglah aku, bicaralah….!”
Namun jantung Hong Kwi sudah berhenti berdetak..!
Menyaksikan sikap pemuda itu, Pangeran Dhanu agak berkurang kemarahannya dan memandang dengan kening, berkerut.
Di belakang Han Ki, Si Pelayan menangis sesenggukan dan di luar kamar itu, seorang pengawal berdiri tegak menjaga.
Dalam keadaan siap seolah-olah tidak tahu apa yang terjadi di dalam kamar, sungguhpun alisnya berkerut menandakan bahwa dia ikut prihatin terharu.
“Hong Kwi…., kekasihku…. Hong Kwi, aku berdosa padamu! Ah, kekasihku, kau bawalah aku….!” Han Ki yang biasanya tenang itu kini tidak dapat menahan pukulan batin yang amat hebat itu.
Dia masih mencinta Hong Kwi, bahkan belum pernah dia berhenti mencintanya. Kini melihat kekasihnya mati setelah jantung nya berhenti berdetak setelah bertemu dengannya, dia merasa berdosa dan berduka.
“Hemm, dia sudah mati baru engkau datang dan bicara seperti itu. Kam Han Ki, engkau bukan seorang laki-laki yang patut dipuji!”
Ucapan yang bernada keras ini membuat Han Ki sadar bahwa dia telah berada di tempat orang, bahkan sadar bahwa mayat yang dipeluknya itu adalah mayat isteri orang lain.
Dia bangkit, menekan perasaannya, berdiri lemas dan dengan mata merah dan pipi basah ia memandang Pangeran Dhanu. Sejenak kedua orang laki-laki itu saling berpandangan.
“Engkau tentu Pangeran Dhanu….” katanya perlahan.
“Benar! Akulah Pangeran Dhanu, laki-laki yang mencintanya dengan seluruh jiwa ragaku, yang selama bertahun-tahun ikut menderita bersamanya.
Yang berusaha menghiburnya, yang memenuhi segala permintaannya. Akan tetapi, pada saat terakhir, namamulah yang diucapkannya!”
Di dalam ucapan pangeran itu terdapat kegetiran yang hebat sehingga diam-diam Han Ki merasa kasihan dan bersalah……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader