BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Lengkingan… yang disebut kelelawar siang itu memang sesungguhnya kelelawar, akan tetapi banyaknya bukan main, sama banyaknya dengan burung-burung yang menyerangnya kemarin!
Dan yang hebat, kelelawar-kelelawar itu agaknya berbeda dengan kelelawar biasa, tidak takut sinar matahari dan tubuh mereka hitam seperti arang!
Biarpun merasa ngeri sekali, akan tetapi Siauw Bwee tidak mau bersikap penakut seperti tiga orang bekas lawan itu, maka ia masih berdiri tegak dan siap melakukan perlawanan.
“Nona, lekas berlutut, serendah mungkin. Kelelawar-kelelawar itu tidak akan menyerang lebih tinggi dari satu meter di atas tanah, dan gigitannya seekor saja cukup membuat manusia menjadi gila!”
Mendengar suara lirih di dekat telinganya yang sama dengan suara ketika dia dikeroyok burung, Siauw Bwee terkejut.
Pada saat itu beberapa ekor kelelawar sudah menyambar turun mengarah kepalanya! Menjadi gila kalau digigit?
Dia makin ngeri dan tanpa ragu-ragu lagi ia lalu menjatuhkan diri berlutut seperti yang dilakukan tiga orang lengan buntung, hanya dia tidak menutup kepalanya melainkan memandang ke atas penuh perhatian.
Tiba-tiba terdengar bunyi melengking tinggi dan nyaring. Siauw Bwee menoleh dan melihat bahwa suara itu keluar dari mulut Si Kakek Tua, suara yang dikeluarkan dengan pengerahan sin-kang yant tinggi.
Aneh sekali, ketika terdengar suara melengking tinggi penuh getaran ini, kelelawar-kelelawar itu menjadi kacau-balau terbangnya, menabrak sana sini dan kelihatan panik.
Akan tetapi, sebelum suara itu cukup kuat untuk mengusir semua kelelawar, suara itu makin melemah dan Siauw Bwee. Melihat kakek itu terengah-engah kehabisan tenaga. Siauw Bwee adalah seorang dara yang cerdik.
Melihat ini, maklumlah bahwa cara mengeluarkan lengkingan itu adalah cara untuk mengusir binatang-binatang mengerikan itu dan bahwa pada saat itu Si Kakek yang lihai sedang menderita sakit.
Maka pengerahan sin-kang yang kuat membuatnya kehabisan tenaga. Maka dia lalu mengerahkan sin-kang dan keluarlah suara lengkingan tinggi dengan getaran kuat dari dalam dada Siauw Bwee.
Dia hampir menari kegirangan ketika melihat hasil tiruannya. Binatang-binatang itu menjadi makin panik dan kacau, beterbangan membubung setinggi mungkin.
Agaknya untuk menghindari getaran lengkingan maut itu dan tak lama kemudian mereka sudah terbang tinggi dan jauh, lenyap dari pandangan mata.
Barulah Siauw Bwee menghentikan lengkingannya dan ia meloncat berdiri memandang tiga orang lengan buntung yang juga sudah berdiri dengan muka pucat.
“Mau dilanjutkan?” Siauw Bwee menantang berani. “Kalian bertiga tidak lekas pergi? Melawan Nona ini berarti mencari mati sia-sia!” kata Si Kakek Tua.
Tiga orang itu sudah melihat bukti kelihaian Siauw Bwee. Selain merasa gentar, juga mereka tahu bahwa. berkat pertolongan gadis itulah maka mereka lolos dari bahaya yang lebih mengerikan daripada maut.
Maka tanpa berkata-kata mereka lalu berlari pergi. Siauw Bwee membalikkan tubuh memandang kakek tua itu.
“Locianpwe, kau sedang menderita sakit.” Kakek itu mengangguk, tersenyum dan lengan tunggalnya melambai. “Ke sinilah, anak baik. Siapa namamu?”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader