BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Aku membawa mayat baru, Hek-mo. Mayat seorang yang terhormat dan sama sekali bukan musuh kita. Sayang aku telah kesalahan tangan membunuhnya.
Bawa dan letakkan dia di peti teratas, tempat terhormat, peti yang disediakan untuk tubuhku sendiri.” Biruang yang bernama Hek-mo (Setan Hitam) itu mengeluarkan suara gerengan.
Bagaikan mengerti akan ucapan Sang Ketua, ia menerima tubuh Siauw Bwee dan memondongnya. Tiba-tiba dia mendengar dan merintih dan diam-diam Siauw Bwee terkejut.
Manusia mengenal kematiannya hanya dari panas dan darah yang berhenti, akan tetapi binatang memiliki indera ke enam yang luar biasa. Jangan-jangan binatang ini tahu bahwa dia sebetulnya belum mati!
“Memang kasihan sekali dia, Hek-mo, dan aku akan menyesal selama hidupku hari ini telah kesalahan tangan membunuh seorang seperti dia.
Cepatlah bawa dia, Hek-mo, aku tidak ingin lama-lama berada di situ melihat korban tanganku yang berdarah!”
Biruang itu lalu berjalan ke dalam diikuti kakek berkaki satu. Diam-diam Siauw Bwee bergidik ketika melihat ruangan sebelah dalam yang diterangi sebuah lampu.
Siapa takkan menjadi ngeri dan merasa seram kalau melihat ruangan yang penuh mayat? Di sekelilingnya terdapat lubang-lubang pada dinding dan di setiap lubang berisi sebuah mayat yang sudah kering.
Ada puluhan banyaknya lubang-lubang itu, ada yang sudah terisi dan ada pula yang masih kosong.
Biruang itu membawanya naik ke anak tangga batu, kemudian meletakkan tubuhnya ke dalam sebuah peti kaca yang indah, sebuah peti mati terindah yang berada di situ.
Peti mati yang disediakan untuk Sang Ketua kalau kelak ketua itu mati! Sambil rebah di dalam peti, Siauw Bwee mengerling dan melihat ketua itu membalikkan tubuh.
Memandang sesosok mayat orang tinggi besar yang berdiri menyeramkan di sebalik lubang dekat anak tangga.
Bibir Sang Ketua bergerak-gerak seperti orang bicara, akan tetapi suaranya perlahan sekali, berbisik-bisik. Dengan pengerahan kepandaiannya, Siauw Bwee dapat menangkap bisikan-bisikan itu.
“Orang she Cia, tadinya kusangka bahwa engkaulah orang yang paling pandai yang pernah kutandingi. Kiranya hari ini sangkaanku ini terbantah dan gadis yang baru kubawa masuk ini jauh melampauimu.
Ahhh, dan penyesalanku lebih besar daripada ketika terpaksa membunuhmu.” Setelah kakek itu melihat bahwa tubuh Siauw Bwee rebah di dalam peti mati kaca dengan baik.
Dia mengeluarkan sebuah botol dan menuangkan isi botol berupa benda cair berwarna kuning berbau harum ke atas tubuh Siauw Bwee.
“Jenazah orang seperti engkau patut diawetkan, Nona yang bernasib malang….”
Kemudian kakek itu meninggalkan ruangan jenazah setelah mengelus kepala biruang sambil berkata, “Hek-mo, kaujagalah baik-baik pintu gerbang ruangan jenazah.”
Mereka keluar dari ruangan itu dan menutupkan pintu besi. Agaknya biruang itu bertugas menjaga ruangan di luar pintu gerbang. Penjaga yang kuat!
Siauw Bwee tidak segera bergerak karena khawatir kalau kakek itu kembali lagi. Dia rebah dan diam memperhatikan keadaan ruangan jenazah yang cukup luas itu. Ketika matanya mengerling ke….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader