BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kalah kuat sin-kangnya oleh dara penghuni Pulau Es yang hebat ini. Akan tetapi, dalam perputaran ini, kedua tangan kakek itu masih bergerak secara luar biasa.
Membingungkan Siauw Bwee sehingga tanpa dapat dicegah lagi, jalan darah di belakang pusar dara itu kena tertotok dengan tepat sekali.
“Celaka….!” Ketua kaki buntung itu berteriak kaget. Teriakan yang membayangkan kekagetan dan penyesalan besar.
Totokan yang dilakukan dalam keadaan tubuh terputar-putar itu memang mengenai jalan darah yang bagi lawan lain tentu akan menimbulkan kematian.
Akan tetapi Siauw Bwee yang telah digembleng dengan latihan-latihan sin-kang dan besamadhi secara istimewa oleh Han Ki sesuai dengan kitab Bu Kek Siansu.
Ketika tertotok hanya menjadi gemetar beberapa detik lamanya. Tadinya dia sudah menjadi marah sekali karena dianggapnya kakek itu kejam.
Telah mengirim totokan para jalan darah yang menyebabkan kematian sehingga dia sudah mengerahkan sin-kang istimewa memulihkan jalan darahnya kemudian dia hendak membalas dengan serangan hebat.
Akan tetapi setelah mendengar seruan kakek itu, maklumlah dia bahwa kakek itu tidak sengaja hendak membunuhnya.
Timbullah pikirannya untuk menyelidiki, keadaan kaum kaki buntung yang aneh ini dan jalan satu-satunya hanyalah berpura-pura mati.
Ketika berlatih sin-kang di Istana Pulau Es, suhengnya telah membikin rahasia ilmu “mematikan raga” yang luar biasa, maka kini dia mengeluarkan kepandaiannya ini dan tubuhnya menjadi lemas.
Napasnya dan detik pada nadi tangannya berhenti, tubuhnya seperti dalam keadaan tak bernyawa lagi! Kakek itu berlutut dengan satu kakinya dan memeriksa pergelangan tangan Siauw Bwee.
“Aihh, celaka. Aku telah kesalahan tangan membunuhnya. Gadis ini luar biasa sekali, kepandaiannya sudah mencapai tingkat lebih tinggi daripada kepandaianku sendiri!
Kalau aku tidak memiliki ilmu silat gerak tangan kilat, agaknya aku sendiri belum tentu akan dapat mengalahkannya.
Celaka, aku telah membunuhnya! Biar aku sendiri yang menyimpannya di dalam ruangan jenazah. Dia harus mendapatkan tempat terhormat.”
Setelah menghela napas berulang-ulang, kakek itu lalu memondong tubuh Siauw Bwee lalu dibawanya masuk melalui lorong yang panjang dan agak gelap.
Anak buahnya hanya berdiri menonton, tak seorang pun mengeluarkan suara seperti ikut merasa berduka bersama pimpinan mereka.
Siauw Bwee yang berlagak mati itu diam-diam siap. Kalau sampai tubuhnya akan mengalami bahaya, tentu saja ia akan sadar kembali dan akan melawan untuk menyelamatkan diri.
Tadinya dia sudah khawatir kalau-kalau ketua kaum kaki buntung ini membawa “jenazahnya” keluar dari bangunan di bawah tanah.
Akan tetapi hatinya menjadi lega dan girang ketika kakek itu membawanya ke bagian dalam.
Ketua yang bernama Liong Ki Bok itu memasuki sebuah ruangan yang mendapat penerangan dari lubang yang merupakan celah-celah batu yang menjadi langit-langit ruangan itu.
Dan terdengarlah gerengan menyeramkan. Siauw Bwee terkejut dan hampir dia lupa bahwa dia beraksi mati ketika melihat seekor biruang hitam yang besar menyambut kedatangan Sang Ketua.
Akan tetapi ternyata binatang besar itu tidak menyerang, bahkan Liong Ki Bok berkata….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader