BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Melatih ilmu pedang ini Tang Hauw Lam sengaja menyerahkan Pedang Iblis yang betina kepada Yan Hwa.
Pada waktu yang sama, ia menyerahkan Pedang Iblis yang jantan kepada Can Ji Kun dan mengajarkan Ilmu pedang yang bersumber dari Ilmu goloknya yang dahulu membuatnya amat terkenal.
Yaitu Ilmu Golok Pek-kong To-hoat (Ilmu Golok Sinar Putih). Dengan tingkat kepandaiannya yang amat tinggi.
Bekas pendekar besar ini mampu mengubah Ilmu goloknya menjadi ilmu pedang dan menurunkan ilmu pedang ini kepada Ji Kun.
Akan tetapi tentu saja untuk memperlengkap ilmu kedua orang muridnya, dia mengajarkan kedua ilmu pedang itu kepada mereka.
Hanya berpesan agar Yan Hwa khusus memperdalam Siang-bhok Kiam-sut, sedangkan Ji Kun memperdalam Pek-kong Kiam-sut.
Setahun lamanya kedua orang muda itu menggembleng diri sehingga akhirnya mereka dapat menguasai ilmu pedang masing-masing.
Dan sepasang pedang yang kini diserahkan kepada mereka itu benar-benar amat luar biasa. Kalau mereka berlatih.
Terdengar bunyi berdesingan dan tampaklah kilat menyambar-nyambar menyilaukan mata. Karena sikapnya yang tidak peduli sama sekali akan pendidikan moral murid-muridnya.
Dan di samping mengajarkan ilmu silat, Tang Hauw Lam hanya selalu tekun besamadhi, bekas pendekar ini tidak tahu akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam perhubungan kedua orang muridnya.
Kekuasaan alam menguasai dua orang yang telah dewasa itu dan mulailah mereka itu saling tertarik. Masa kanak-kanak mereka lewat sudah dan menjelang kedewasaan mereka.
Masing-masing merupakan daya tarik yang luar biasa dan karena mereka hidup terasing, maka tanpa pengawasan terjadilah hal yang tidak aneh.
Yaitu kedua orang suheng dan sumoi ini mulai bermain dengan asmara! Barulah Tang Hauw Lam terkejut bukan main ketika pada suatu malam.
Secara tidak sengaja ia mendapatkan kedua orang muridnya itu sedang saling bermain cinta, saling bercumbu seperti kelakuan dua orang suami isteri!
“Ji Kun! Yan Hwa!” bentaknya dengan muka pucat sekali, matanya terbelalak lebar penuh kemarahan.
Kedua orang muda itu terkejut, saling melepaskan pelukan dan menjatuhkan diri berlutut di depan suhu mereka yang marah.
Sampai lama Tang Hauw Lam tak dapat berkata-kata, kemudian kemarahannya mereda dan jantungnya seperti ditusuk-tusuk rasanya.
Karena apa yang dilakukan kedua orang muridnya itu menimbulkan rindu yang makin hebat, mengingatkan ia akan isterinya yang telah tiada.
“Ahhh…. dua orang muridku….? Ahhh, betapa isteriku akan kecewa sekali…. aku…., aku telah gagal mendidik kalian….”
Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya, dengan terhuyung ia memasuki kamar di pondoknya dan bersila, memejamkan mata melawan kehancuran hatinya.
Pada keesokan harinya, Tang Hauw Lam dikejutkan suara ribut-ribut, beradunya pedang dan angin pukulan yang berdesir-desir.
Ia menjadi kaget. Kalau berlatih, bukan seperti itu gerakan pedang kedua orang muridnya. Sekali ini, kedua pedang itu bergerak dengan pengerahan tenaga sepenuhnya.
Gerakan orang bertempur mati-matian ia meloncat, tubuhnya terhuyung lemah karena pukulan batin yang diterimanya selain…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader