BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Akan kehilangan! Dan dia yang merasa suka di waktu memiliki, sudah tentu saja akan menderita duka di waktu kehilangan. Oleh karena itu, Han Ki, berbahagialah si bijaksana yang TIDAK MEMILIKI APA-APA.
karena dia akan bebas daripada suka maupun duka!” Han Ki termenung mengerutkan alisnya. Betapa tepat petuah gurunya itu, betapa cocok dengan keadaan hidupnya.
Bahkan ia yakin bahwa wejangan itu cocok pula dengan kehidupan semua manusia. Orang yang tidak mempunyai apa-apa takkan khawatir kehilangan.
Si pembesar khawatir kehilangan kedudukannya, si hartawan khawatir kehilangan hartanya, si terkenal khawatir kehilangan kesohorannya, dan kalau sampai kemudian terjadi kehilangan.
Itu akan menimbulkan duka. Seperti dia sekarang, karena dia memiliki kedua orang sumoinya, mencintainya, maka kini kehilangan dan menimbulkan duka nestapa di hatinya, menyesal kecewa dan suka!
Dahulu pun, karena dia memiliki Sung Hong Kwi, mencintainya, dia menjadi berduka ketika kehilangan. Andaikata dia tidak memiliki kesemuanya itu, pasti sekarang dia akan tetap hidup tenang gembira!
“Janganlah kita sampai dikuasai nafsu, Han Ki. Sebaliknya kita harus menguasai nafsu perasaan sehingga kita mempunyai tanpa memiliki.
Pada lahirnya kita mempunyai namun batin kita tidak terikat sehingga batin kita tidak tergoncang sewaktu yang kita punyai itu hilang, karena hal itu sudah wajar.
Mata batin yang sadar sudah menjadi waspada, melihat sesuatu berlandaskan kewajaran sehingga tidak lagi menjadi kaget, tidak menjadi duka karenanya.
Menang dan kalah sudah menjadi rangkaian maka wajarlah. Berkumpul dan berpisah wajar pula. Tidak ada hal aneh di dunia ini yang patut disesalkan.”
Han Ki menghela napas panjang. Melamun dan mengenangkan kembali semua wejangan gurunya dan yang merupakan obat yang amat mujarab karena dia merasa hatinya ringan kini, tidak seberat tadi.
Sungguhpun ia tidak mungkin dapat lenyap gundah gulana yang menyesak dada. Bukan hanya karena kehilangan dua orang yang dicintainya.
Melainkan karena kedua orang sumoinya itu membawa ganjalan hati yang rumit, membawa dendam dan permusuhan karena cinta, cinta dua orang dara remaja terhadap dirinya!
Mulai saat itu bangkitlah semangat Han Ki dan lalu dia membuat sebuah perahu dan beberapa pekan kemudian berangkatlah Han Ki menaiki perahunya yang kecil sederhana.
Meninggalkan Pulau Es,meninggalkan tiga buah arca mereka yang seolah-olah menjadi mereka menghuni Istana Pulau Es yang mereka tinggalkan. Cinta segitiga rumit melanda hatinya.
Kalau hati Han Ki merana karena ditinggal pergi dua orang yang dikasihinya sehingga dunia terasa kosong olehnya.
Hati Maya pun merana penuh kekecewaan dan penuh cemburu terhadap sumoinya. Dia mencintai suhengnya, dan melihat sikap suhengnya selama lima tahun dia tinggal di Pulau Es.
Dia pun merasa yakin bahwa suhengnya mencintainya, tak sadar kalau ada cinta segitiga di antara mereka.
Bukan hanya mencinta seperti seorang suheng terhadap sumoinya, melainkan cinta seorang pemuda terhadap seorang dara!
Hal ini diketahuinya benar atau diduganya penuh keyakinan, menyaksikan sikap dan pandang mata Han Ki, juga ketika suhengnya mengukir arcanya.
Jari-jari tangan suhengnya itu penuh perasaan dan amat mesra, sehingga ketika ia menonton suhengnya bekerja menyelesaikan arcanya….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader