BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pun urusan mati hidup siauwceng adalah urusan Tuhan. Sicu tidak ada hubungannya dengan itu. Kami di sini selalu mengutamakan hidup suci dan damai, dan hanya melayanl orang-orang yang ingin menikmati sinar kasih Sang Budda dan bersembahyang.”
Bukan main jengkelnya hati Im-yang Seng-cu melihat kekerasan hati hwesio muda itu. Diam-diam ia memaki diri sendiri yang suka mencampuri urusan orang. Apakah dia keliru dan Jai-hwa-sian yang benar?
Dia penasaran dan berkata lagi, “Engkau sungguh terlalu curiga dan kleras kepala! Katakanlah kepada suhumu bahwa aku Im-yang Seng-cu mohon bertemu!”
Sepasang mata hwesio itu terbelalak. Hwesio-hwesio Siauw-lim-pai bukanlah pendeta-pendeta sembarangan dan telinga serta mata mereka tajam.
Pengertian mereka tentang dunia kang-ouw luas karena hwesio-hwesio Siauw-lim-pai adalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sehingga terkenal di dunia kang-ouw.
Sambil menjura hwesio itu berkata, Omitohud…, kiranya orang gagah Im-yang Seng-cu yang datang? Maafkan Sicu, Siauw-ceng rasa bahwa Siauw-lim-pai tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Hoa-san-pai.”
“Aku tidak datang sebagai utusan Hoa-san-pai, melainkan karena maksud pribadi, dan yang hendak kubicarakan adalah hal penting yang menyangkut keselamatan Siauw-lim-pai.
Bukan hanya mengenai kuil ini, melainkan mengenai Siauw-lim-pai seluruhnya. Lekas kauberitahukan kepada suhumu sebelum terlambat.”
Tiba-tiba dari sebelah dalam terdengar suara. halus, “Siapakah yang ingin berjumpa dengan pinceng?” Im-yang Seng-cu memandang.
Yang bicara itu adalah seorang hwesio tinggi, kurus yang usianya sudah empat puluh tahun lebih, bersikap gagah dan tangan kirinya membawa seuntai tasbeh. Ia cepat menjura dan bertanya.
“Apakah aku berhadapan dengan Gin Sim Hwesio yang mengepalai kuil ini?”.
“Benar, Sicu.” Hwesio itu berkata dan balas menjura dengan hormat.
“Aku adalah Im-yang Seng-cu, ada urusan penting mengenai kuil ini hendak kusampaikan kepada Losuhu.”
“Omitohud…. ! Pinceng merasa menerima kehormatan besar sekali dengan kunjungan seorang pendekar kang-ouw yang ternama seperti Sicu. Silakan masuk dan mari kita bicara di ruangan dalam.”
Setelah mereka memasuki ruangan dalam yang sederhana namun bersih sekali, dan duduk berhadapan, Im-yang Seng-cu lalu berkata, wajahnya serius.
“Gin Sim Hwesio, Siauw-lim-pai terancam bahaya besar. Malam nanti, kuil ini akan diserbu, semua penghuninya akan dibunuh dan mungkin kuilnya akan dibakar!”
Hwesio tinggi kurus itu menerima berita ini dengan sikap tenang-tenang saja sungguhpun sinar keheranan dan tidak percaya terpancar dari kedua matanya.
“Omitohud! Sungguh luar biasa sekali berita yang Sicu bawa ini. Siapakah yang begitu gatal tangan hendak melakukan hal-hal hebat itu?
Kami selamanya tidak bermusuhan dengan siapa juga, kami bersahabat dengan semua golongan….“
“Aku mengerti Losuhu!” Im-yang Seng-cu memotong tak sabar. “Aku tahu sikap bijaksana yang menjadi pegangan Siauw-lim-pai, dan aku kagum serta menghargai sikap yang diambil oleh ketua kalian, Kian Ti…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader