BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Singggg….!” Tiba-tiba tampak sinar berkelebat, sinar putih yang menyambar cepat bukan main ke arah Si Kaki Telanjang. Melihat ini, Suma Hoat terkejut.
Yang melempar itu adalah Si Tosu dan yang dilemparkan sebuah piring sehingga “senjata rahasia” itu menyambar cepat bukan main.
Padahal saat itu, Si Kaki Telanjang sedang sibuk menerima sambaran mangkok-mangkok terakhir.
“Ke sini….!” Suma Hoat membentak, tangannya diulur ke depan dengan pengerahan sin-kangnya yang kuat dan…., piring yang berubah menjadi sinar putih itu seperti bernyawa.
Berputaran dan melayang ke arah tangan Suma Hoat yang menerimanya dan dengan tenang meletakkannya ke arah tangan Suma Hoat yang menerimanya dan dengan tenang meletakannya ke atas meja.
Lima orang itu terkejut bukan main. Tak mereka sangka bahwa di dalam restoran itu terdapat dua orang yang demikian lihai.
Mereka tahu diri, bahkan Si Tosu yang memiliki kepandaian tertinggi di antara mereka cepat bangkit berdiri dan menjura dengan hormat.
“Maafkan pinto dan teman-teman yang tidak melihat dua buah Gunung Thai-san menjulang tinggi di depan mata.” Ucapan ini biasa dilakukan oleh orang-orang kang-ouw yang mengakui keunggulan orang pandai.
Empat orang temannya juga sudah bangkit berdiri dan menjura. Akan tetapi Suma Hoat dan Si Kaki Telanjang itu sama sekali tidak berdiri, tetap duduk dengan tenang.
“Mohon tanya, Ji-wi-enghiong dari aliran manakah?” Tiba-tiba Si Kurus, perwira yang tadi mengganyang tiga ekor lalat, bertanya.
“Aku bukan dari aliran apapun juga dan tidak mempunyai urusan dengan siapapun juga,” kata Suma Hoat acuh.
“Heh-heh, dan aku pun hanya seorang perantau yang tidak mempunyai backing (sandaran), seorang manusia biasa biarpun bukan tergolong lalat hijau,” kata Si Kaki Telanjang sambil tertawa.
“Kalau begitu, sekali lagi maaf,” kata Si Perwira Kurus. “Karena belum mengenal, kami telah bersikap lancang, dan harap Ji-wi tidak mencampuri urusan kami.”
“Ha-ha-ha, sahabat yang baik, engkau terlalu merendah. Setelah menjamu kami dengan hidangan-hidangan yang begitu komplit, siapa bilang bahwa kalian belum mengenal kami? Terima kasih, ya?”
Perwira Gemuk yang kini bersikap hormat dan berhati-hati, menjura ke arah Si Kaki Telanjang sambil berkata.
“Hidangan kami hanya sekedarnya, harap Jiwi-enghiong suka menerimanya dengan senang hati. Kami mohon diri!” Lima orang itu lalu menjura dan membalikkan tubuh hendak meninggalkan restoran itu.
“Eh, eh, sahabat-sahabat baik, nanti dulu!” Si Kaki Telanjang bangkit berdiri dan menggapai.
“Harap jangan mempermainkan aku orang miskin, dan jangan akal-akalan, ya? Hidangan ini belum dibayar, kalau kalian pergi tanpa membayar, tentu aku yang ditagih, bisa repot aku membayarnya!”
“Sahabat, biarlah aku yang membayarnya!” Suma Hoat berkata, menganggap Si Kaki Telanjang itu keterlaluan sekali.
“Tidak, mereka memberi hadiah, kenapa harus kita bayar sendiri?” Si Kaki Telanjang berkata membantah.
Perwira gemuk merogoh kantung bajunya dan menggapai pelayan yang…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader