BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dengan perahu untuk mencari bahan makanan, binatang buruan, buah-buahan dan sayur-sayuran, juga ranting-ranting kering untuk bahan bakar darl pulau-pulau yang berdekatan.
Kini ia mereka bawa ranting-ranting dan daun kering serta menyalakan obor rnemasuki lorong rahasia itu bersama kedua orang sumoinya yang juga membawa ranting-ranting kering.
Dengan hati-hati mereka menuruni anak tangga, dan dari atas tampaklah oleh mereka ular-ular itu dengan uap yang harum.
“Kita nyalakan ranting-ranting dan melemparkan ke bawah. Akan tetapi hati-hatilah, kalau mendekat ke sana harus menahan napas. Jika sudah tidak tertahan, segera naik lagi dan bernapas di tempat yang tak ada uap putihnya. UA itu berbahaya sekali!”
Han Ki berkata, “Akan tetapi, lemparkan ranting-ranting berapi di dekat anak tangga agar jangan sampai menimbulkan kebakaran.
Kulihat di sudut ruangan itu ada lemari dan meja, jangan sampai barang barang itu terbakar. Siapa tahu kalau-kalau Suhu menyimpan sesuatu di sana.”
Tiga orang itu membakar ranting dan melemparkan ke bawah. Melihat menyambarnya ranting-ranting berapi itu, beberapa ekor ular lalu menerjang dan tentu saja mereka bertemu dengan api dan seketika mereka berkelojotan.
Han Ki dan kedua orang sumoinya melemparkan lagi beberapa batang ranting berapi. Kembali ular-ular itu menyerang sambil mendesis-desis dan begitu bertemu api, binatang-binatang itu berkelojotan dan menyerang kawan sendiri membabi buta.
Akhirnya mereka itu agaknya baru tahu bahwa benda-benda bernyala itu berbahaya. Mulailah ular-ular itu menjadi panik.
Bergerak saling terjang, saling belit dan berlumba lari memasuki sebuah lubang yang terdapat di sudut ruangan itu.
Dua tiga kali Maya dan Siauw Bwee, meloncat naik ke atas menjauhi uap beracun untuk bernapas, sedangkan Han Ki yang lebih kuat masih bertahan terus.
“Lihat, mereka lari dari sebuah lubang. Sudah kuduga, tentu ada lubangnya yang menembus ruangan itu. Mereka menggunakan ruangan itu sebagai sarang!”
Dengan hati penuh rasa jijik dan ngeri Maya dan Siauw Bwee melihat ular-ular itu bergerak pergi dan tak lama kemudian.
Di ruangan itu hanya tinggal belasan ekor ular yang mati dan ada yang masih berkelojotan. Uap putih yang tadi memenuhi ruangan bawah itu kini telah lenyap pula, keluar dari lubang-lubang di atas dari mana sinar matahari menerobos masuk.
Agaknya lubang-tubang di atas itu memang sengaja dibuat untuk lubang hawa dan lorong memasukkan sinar matahari.
“Heii, di lemari itu ada kitab-kitab!” Maya berseru dan hendak berlari turun. Akan tetapi, Han Ki memegang lengannya mencegah,
“Hati-hati, Sumoi. Biarpun ular-ular telah pergi dan uap telah lenyap, tempat masih amat berbahaya, penuh racun bekas ular.
Biarkan aku saja yang turun membersihkan tempat itu dan memeriksa kitab-kitab.” Setelah berkata demikian.
Dengan hati-hati Han Ki menuruni anak tangga dan menggunakan kakinya melernpar-lemparkan bangkai dan tubuh ular yang berkelojotan keluar dari lorong kecil di sudut ruangan.
Kemudian pemuda ini mencabut pedang, memotong dinding batu yang cukup besar lalu menggunakan sebongkah batu itu menutupi lubang…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader