BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Namun semua itu tidak boleh menggelapkan kesadaran kita. Kalau engkau suka pergi denganku, biarpun hal ini merupakan pelanggaran besar, namun kita akan dapat hidup bersama menanggung semua akibat bersama pula, maka aku mengajakmu minggat.
Adapun kalau menurutkan permintaanmu tadi, aku menjadi seorang lakl-laki hina dina, setelah melakukan pelanggaran suslia, menikmati pelanggaran, mencemarkan dan menodaimu.
Lalu pergi begitu saja, membiarkan engkau yang akan menanggung semua akibatnya! Betapa hina dan rendahnya apalagi terhadap engkau satu-satunya wanita yang kucinta didunia ini!”
“Aduhhh, Koko…. bagaimana baiknya….?”
“Hong Kwi kelahiran, perjodohan dan kematian merupakan tiga hal yang tidak dapat diatur oleh manusia karena sudah ada garisnya sendiri.
Keadaan sekarang ini membuktikan bahwa Thian tidak menghendaki kita menjadi suami isteri, atau jelasnya, kita tidak saling berjodoh, betapapun murni cinta kasih yang terjalin antara kita. Memang sudah nasib kita…. ah, Hong Kwi….“
Dua orang yang dimabok cinta dan kedukaan itu, seperti tergetar oleh sesuatu, tertarik oleh tenaga gaib, saling mencium dengan perasaan penuh duka, haru dan cinta tercampur menjadi satu.
“Aduhhh…. Sri Baginda datang….” Bisikan yang keluar dari mulut pelayan itu membuat sepasang orang muda yang sedang berpelukan dan berciuman itu terkejut sekali dan saling melepaskan pelukannya.
“Koko….! Cepat…. Bersembunyi….” Hong Kwi berseru lirih.
“Di mana….? Lebih baik aku pergi saja….”
“Jangan! Kau bisa ketahuan dan…. dan kita celaka! Lekas…. kolam itu, kau masuklah dan bersembunyi di bawah daun teratai….”
Karena kini sudah tampak rombongan pengawal Kaisar datang memasuki taman membawa lampu, Han Ki tidak melihat jalan lain. Ia meloncat dan air muncrat ke atas ketika pemuda itu menyelam ke bawah permukaan air yang dalamnya hanya sampai ke pinggang.
Bersembunyi di bawah daun-daun teratai yang lebar. Dia menengadahkan mukanya, mengeluarkan hidungnya saja di bawah daun teratai agar dapat bernapas sedangkan matanya kadang-kadang ia buka untuk melihat melalui air yang bening.
“Hong Kwi, mengapa malam-malam begini engkau masih berada di taman…. eh, kau…. habis menangis?” Kaisar menegur puterinya dengan suara keren dan marah.
Memang Kaisar tahu bahwa puterinya ini tidak suka dijodohkan dengan Raja Yucen, maka hati Kaisar menjadi mengkal dan penasaran.
Apalagi ketika ia tadi mendengar bisikan Jenderal Suma Kiat yang mendengar dari muridnya, Siangkoan Lee, bahwa mulai saat itu keadaan Sang Puteri harus dijaga karena ada kemungkinan masuknya seorang “pengganggu kesusilaan”!
Sung Hong Kwi yang berlutut tidak menjawab, hanya menundukkan mukanya.
“Apakah ada orang luar masuk ke sini malam ini?” Kembali Sri Baginda bertanya dengan suara keren.
Hong Kwi menggeleng kepala tanpa menjawab.
“Heh, pelayan! Apakah ada orang datang ke sini tadi?” Kaisar bertanya kepada pelayan yang berlutut di belakang nonanya.
“Ham…. hamba ti…. tidak melihatnya….” Pelayan itu menjawab lirih…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader