BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Keduanya murid – nya memperhatikan gurunya. “Haruskah kita mengambil pedang-pedang itu?” Tang Hauw Lam bertanya kepada isterinya dengan perasaan jijik. “Tak enak rasanya memegang kedua pedang itu.”
Mutiara Hitam mengangkat muka memandang suaminya. “Apa? Engkau…. takut?”
Suaminya tersenyum. “Takut sih tidak, hanya…. hemm, ngeri!” Ia memandang kepada dua mayat itu. “Sebaiknya kita kubur saja kedua jenazah ini berikut kedua pedangnya!”
“Tidak baik begitu!” Mutiara Hitam mencela. “Pedang ini tercipta karena kita, maka harus berada di tangan kita. Kalau dikubur kemudian didapatkan orang lain, tidakkah celaka?”
“Apa….? Kau sebatang dan aku sebatang? Jangan-jangan setelah kita berdua masing-masing menyimpan sebatang, kita pun akan menjadi gila dan saling menyerang seperti mereka.” Hauw Lam menggeleng-geleng kepala dan menggoyang-goyang tangan.
“Tahyul!” Mutiara Hitam mencela.“Memang mereka ini sejak dulu sudah selalu tidak akur dan bersaingan. Akan tetapi, biarlah sepasang pedang ini aku yang menyimpannya.”
Mutiara Hitam lalu mencabut! sepasang pedang itu dan ia memandang terbelalak kepada kedua pedang dan ke arah dada kedua buah mayat itu.
“Benar-benar Sepasang Pedang Iblis yang suka minum darah…. !” Tang Hauw Lam berseru dengan muka pucat.
Ternyata setelah dicabut, kedua pedang itu tetap putih bersih tidak ada darahnya, bahkan dada yang terluka dan ditembus podang itu pun tidak berdarah, seolah-olah semua darahnya habis dihisap oleh kedua pedang itu!
Sepasang Pedang Iblis yang haus darah dan harus disingkirkan!” Mutiara Hitam juga berkata, lalu tiba-tiba ia membentak dua orang murid yang datang mandekat, “Ho, kalian mau apa?”
“Subo, berikan pedang betina kepada taecu!” kata Ok Yan Hwa, salag satu wanitanya.
“Dan yang Jantan untuk teecu, Subo!” kata pula Can Ji Kun pula, murid laki-lakinya.
Dua orang suami isteri itu saling pandang. “Hemm, untuk apa pedang bagi kalian?” Kemudian Mutiara Hitam berkata untuk membantah sendiri ketahyulannya terhadap sifat sepasang pedang itu.
“Karena baru saja jadi, agaknya di dalam tubuh pedang masih ada lubang-lubang dan hawa panas oleh api yang membakarnya, membuat pedang-pedang ini mempunyai daya menghisap.”
Betapapun juga, Mutiara Hitam bangkit berdiri dan meneliti sepasang pedang itu penuh perhatian. Buatannya amat indah dan halus, bentuknya sama benar.
Hanya perbedaannya terletak pada tubuh pedang yang berbeda sedikit besarnya. Ia mempertemukan ujung pedang yang runcing dan…. kedua pedang itu tertolak.
Seolah-olah tidak suka bertemu ujung dan tiba-tiba ada kekuatan aneh yang membuat gagang kedua pedang itu saling menempel!
Berkali-kali Mutiara Hitam mencoba dan mendapat kenyataan bahwa ujung runcing kedua pedang itu saling menolak, akan tetapi ujung di gagang saling menarik.
“Hemm, mengandung sembrani yang kuat….“ katanya perlahan. Mereka lalu mengubur jenazah Nila Dewi dan Mahendra.
Kemudian meninggalkan tempat itu untuk merantau ke tempat lain karena Mutiara Hitam dan 2 murid nya serta suaminya, tidak suka lagi tinggal di situ setelah terjadi peristiwa kematian dua orang India itu…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reade