BEBASBARU.ID, OTOMOTIF – Daihatsu bikin geger pelangganya di seluruh dunia, akibat ketahuan menipu hasil tes keselamatan bagi mobil-mobilnya.
Akibatnya, Daihatsu menunda semua distribusi di seluruh dunia, akibat adanya skandal yang menghebohkan dunia otomotif ini.
“Daihatsu hari ini memutuskan untuk menghentikan sementara distribusi semua model yang dikembangkan yang saat ini sedang diproduksi, baik di Jepang maupun di luar negeri,” kata Daihatsu dalam pernyataan resminya, Rabu (20/12/2023).
Pernyataan ini dikeluarkan usai tim independen membuka hasil investigasinya pada Daihatsu yang pada April lalu mengakui melakukan kecurangan pada bagian pintu untuk uji keselamatan tabrak samping pada 88 ribu unit, yang sebagian besar dijual memakai merek Toyota.
Puluhan ribu mobil itu, yang melibatkan empat model, diproduksi di Thailand dan Malaysia pada 2022 dan 2023.
Lalu pada Mei 2023 terungkap secara tidak benar mendapatkan sertifikasi pemerintah untuk kendaraan hibrida buat pasar domestik.
Tim independen mengatakan berdasarkan investigasinya ‘ditemukan kejanggalan baru pada 174 item dalam 25 kategori pengujian’ selain kesalahan yang sebelumnya terdeteksi pada April dan Mei.
Jumlah model mobil yang terlibat dalam skandal ini sekarang mencapai 64, termasuk 22 model yang dijual Toyota.
Toyota mengatakan dalam pernyataan resminya sertifikasi adalah ‘persyaratan utama’ bagi produsen menjalankan bisnis’. Toyota menyadari betapa parahnya Daihatsu mengabaikan hal itu yang dikatakan ‘mengguncang fondasi perusahaan sebagai produsen mobil’.
Dalam pernyataannya sendiri meminta maaf karena ‘mengkhianati kepercayaan pelanggan dan pemangku kepentingan kami’.
Toyota dan Daihatsu menyatakan tidak mengetahui adanya kecelakaan melibatkan konsumen akibat skandal ini. Namun disebut verifikasi teknis secara menyeluruh sedang dilakukan.
Kementerian Transportasi Jepang bakal melakukan inspeksi di tempat terhadap Daihatsu pada Kamis (21/12/2023) besok.
Dikutip BEBASBARU.ID dari CNN, Dalam ringkasan laporan tim independen dijelaskan Daihatsu bersalah karena melakukan pelanggaran pada beberapa faktor termasuk termasuk ‘tekanan ekstrem karena jadwal pengembangan terlalu ketat dan kaku’ serta ‘kurangnya keahlian para manajer’.
Lingkungan kerja juga dikatakan tidak transparan dan dijelaskan ‘bahkan jika terjadi penyimpangan atau penipuan, hal tersebut tidak akan terdeteksi’.
“Kami yakin untuk mencegah terulangnya kembali, selain peninjauan operasi sertifikasi, diperlukan reformasi mendasar untuk merevitalisasi Daihatsu sebagai sebuah perusahaan,” kata Toyota.***