BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bukan main girangnya hati Maya. Selama tiga malam dia berada di bawah pohon itu, setiap hari hanya makan buah merah dan minum air pancuran.
Pada hari ke empat, ia mulai merasa khawatir. Betapapun bodoh orang-orang itu, kalau akhirnya mereka melihatnya di pohon yang mereka rahasiakan, dia bisa celaka. Dia harus naik dan kembali kepada mereka.
Maya mengambil lima butir buah merah, mengantunginya kemudian ia mencoba untuk memanjat naik. Hampir ia berteriak saking girangnya karena sekarang pekerjaan ini dapat ia lakukan dengan amat mudahnya!
Bahkan ia dapat setengah berlari memanjat naik, berpegang kepada lubang-lubang dan akar-akar di permukaan dinding tebing, Hal ini adalah karena beberapa hal.
Pertama memang khasiat buah-buah yang dimakannya selama tiga hari itu membuat gerakannya ringan dan gesit, dan kedua, kakinya di dalam pendakian, naik lebih mudah daripada turun.
Kalau turun, selain harus melihat ke bawah yang menimbulkan rasa ngeri, juga yang mencari jalan adalah kaki, maka tentu saja amat sukar.
Sebaliknya, kalau naik, mata kita mudah saja mencari pegangan batu dan kita tidak terganggu oleh pemandangan yang mengerikan di bawah.
Kini dalam waktu beberapa menit saja Maya telah tiba di atas! Ia membalik dan tersenyum-senyum memandang pohon yang tumbuh jauh di bawah itu.
Ingin ia menari-nari saking girangnya, akan tetapi begitu teringat kepada orang-orang aneh yang ,berada di dalam perut bukit, lenyap kegembiraannya, terganti kekhawatiran.
Bagaimana sikap mereka nanti kalau melihat dia kembali setelah menghilang selama tiga hari? ruangan luas dalam bukit, di situ sunyi sekali, tidak tampak seorang pun.
Tentu mereka sedang bermain-main di luar, pikirnya dan karena perutnya lapar sekali, makan buah mentah terus-menerus selama tiga hari tidak dapat mengenyangkan perutnya lagi.
Maka dia lalu menyerbu sisa makanan yang berada di ruangan itu. Daging panggang yang masih hangat, dan buah-buahan lain yang mengenyangkan perut.
Setelah kenyang, barulah ia berlari melalui terowongan yang menuju ke luar. Benar saja seperti dugaannya, tiga puluh lima orang itu semua berkumpul di depan guha dan bermain-main.
Bahkan kini rombongan srigala yang dua puluh ekor lebih jumlahnya ikut pula bermain-main di situ, “dipimpin” oleh seorang anak laki-laki memegang ranting pohon.
Masih heran hati Maya menyaksikan betapa binatang-binatang srigala yang buas dan yang di dunia ramai merupakan binatang paling sukar dijanjikan kini lebih jinak daripada anjing-anjing pilihan di bawah ancaman sebatang ranting di tangan seorang kanak-kanak!
Akan tetapi ketika ia memandang ke arah orang-orang tua yang berkumpul di sebelah kanan, Ia terkejut bukan main, memandang terbelalak dan menahan napas.
Di antara mereka itu ada yang sedang menari-nari berjingkrakan seperti biasa, akan tetapi ada pula yang sibuk menyayat-nyayat daging dan memanggang daging itu.
Kalau yang disayat-sayat dagingnya itu bangkai seekor, binatang buruan tentu Maya tidak akan melongo. Akan tetapi jelas tampak olehnya bahwa yang disayat-sayat dan diambil dagingnya yang dipanggang itu adalah…. mayat manusia!
Dan tak jauh dari situ tampak seekor kuda yang dicancang. Celaka! Mereka agaknya membunuh manusia dan kini memanggang dagingnya!….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader