BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Akan hilang? Mari kita melanjutkan perjalanan dan meninggalkan mereka yang terluka ini!’ Para piauwsu tadi sudah menyaksikan kegagahan Khu Tek San.
Maka biarpun mereka masih penasaran karena tiada seorang pun menyaksikan bahwa Han Ki yang merobohkan dua belas orang perampok itu, tidak banyak bicara lagi dan perjalanan dilanjutkan menuju ke kota raja.
Ketika rombongan itu memasuki kota raja, semua menjadi gembira, kecuali Han Ki. Terutama sekali Maya menjadi gembira bukan main dan amat kagum menyaksikan rumah-rumah besar dan kota yang dihias indah itu.
Jelas bahwa kota raja menyambut pernikahan puteri Kaisar secara besar-besaran! Namun, keadaan kota raja itu membuat hati Han Ki terasa makin perih seperti ditusuk-tusuk pedang.
Hiasan-hiasan indah dengan bunga-bunga dan kertas-kertas berwarna warna! itu seolah-olah mengejeknya, mengejek atas kepatahan hatinya dan terputusnya ikatan cinta kasih antara dia dan Sung Hong Kwi!
Setelah menghaturkan terima kasih rombongan piauwsu memisahkan diri, Khu Tek San mengajak Maya dan Han Ki langsung menghadap Menteri Kam.
Dengan ramah dan gembira Menteri Kam menerima kedatangan mereka bertiga itu di dalam ruangan sebelah dalam.
“Suhu….. !” Khu Tek San berlutut memberi hormat kepada gurunya. Han Ki berdiri lesu dan Maya juga berdiri akan tetapi dia terbelalak memandang ke arah laki-laki tua yang berpakaian seperti pembesar.
Kakek yang berwajah penuh kesabaran namun pandang matanya tajam penuh wibawa. Dia segera mengenal kakek ini!
Ketika dia dahulu ditawan sepasang iblis dari India kakinya digantung di pohon oleh Mahendra dan hampir saja ia disembelih seperti seekor ayam, kakek itulah yang mendongnya!
Jadi kakek inilah guru penolongnya? Dan kakek inilah saudara tua Raja Khitan, ayah angkatnya?
“Bagus sekali, engkau dapat pulang dengan selamat, Tek San. Dan engkau telah melakukan tugasmu dengan baik, Han Ki!
Akan tetapi anak perempuan ini…. siapakah dia?” Menteri Kam Liong memang tidak ingat lagi akan anak perempuan yang dulu ditolongnya dari tangan Mahendra.
Sehingga kini tidak mengenal Maya. Apalagi dahulu ia hanya melihat wajah anak yang digantung itu dari jauh dan mengira anak dusun biasa.
“Maaf, Suhu. Hampir saja teecu mengalami kegagalan dan tewas dalam tugas kalau tidak tertolong oleh Susiok yang amat lihai. Adapun anak ini bukan lain adalah puteri dari mendiang Raja dan Ratu Khitan.”
Menteri Kam Liong terbelalak memandang Maya. “Aiihhh….! Kasihan sekali engkau Anakku….!” Kam Liong turun dari bangkunya, memegang lengan Maya, ditariknya dan dirangkulnya anak itu. “Aku adalah uwamu sendiri, Maya.” .
Akan tetapi Maya tidak merasa terharu. Dia memiliki hati yang keras, dan kini timbullah rasa tidak senangnya kepada Menteri Kam.
Kalau benar orang tua ini uwanya, kalau benar memiliki kepandaian tinggi dan kedudukan tinggi berpengaruh, kenapa tidak sejak dahulu membantu dan melindungi keselamatan keluarga Raja Khitan? Uwa macam apa ini!
“Tidak, aku tidak mempunyai uwa tidak mempunyai saudara atau keluarga., Keluargaku habis terbasmi di Khitan. Dan aku pun bukan puteri…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader