BEBASBARU.ID, KRIMINAL – Misri Puspitasari yang di boking 10 juta buat menemani Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, tentu tak pernah menyangka akan jadi tersangka pmbunuhan Brigadir Pol M Nurhadi.
Padahal dia mengaku sama sekali tak tahu apa yang terjadi dan tahu-tahu kaget melihat M Nurhadi tewas bersimbah darah di villa yang mereka sewa.
Sebelum jadi tersangka, Misri Puspitasari telepon sang ibu pamit untuk pergi ke Lombok. Kini Misri menjadi tersangka kasus kematian Brigadir Nurhadi di Vila Gili Trawangan, NTB (16/4/205).
Tak hanya Misri, tewasnya Brigadir Nurhadi ini membuat Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra dipecat secara tidak hormat.
Saat ini ketiga tersangka sudah ditahan di Rutan Polda NTB. Terbaru terkuak fakta jika Misri sempat menghubungi ibu kandungnya di Jambi ketika di tahan di Polda NTB.
Ibunda Misri yang enggan menyebutkan namanya ini menyampaikan kejanggalannya terkait keterlibatan putri sulungnya dalam kasus ini.
Sebelum kejadian pembunuhan, sang ibu sempat menghubungi Misri untuk memberitahukan jika ia akan ke Lombok menemani seseorang.
“Sekembalinya dari Lombok, dia akan mengirimkan uang untuk biaya pendidikan adiknya yang akan masuk kuliah serta adiknya yang bungsu untuk masuk Taman Kanak-Kanak (TK),” ungkapnya.
Sang ibunda mengingat percakapannya dengan Misri.
“Sebelum kejadian, dia pamit, ‘Ma, aku mau nemani orang ini ke Lombok,’ terus saya jawab, ‘Ya hati-hati saja’,” kata Ibu Misri, saat diwawancarai pada Kamis (10/7/2025).
Namun, sang ibu tidak menyebutkan siapa orang yang dimaksud putrinya. Tak lama setelah percakapan itu, peristiwa pembunuhan Brigadir Nurhadi terjadi dan mencuat ke publik.
Suara yang pertama terdengar adalah tangisan.
“Waktu itu dia telepon sambil nangis, dia bilang, ‘Ma, kok ayuk (kakak perempuan dalam bahasa Jambi) tertuduh, padahal ayuk gak tau sama sekali, ayuk bantu orang ini, ayuk bantu orang kok ayuk tertuduh’,” ungkapnya.
Telepon itu menjadi percakapan terakhirnya dengan putrinya, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Sejak saat itu, ibu Misri tidak bisa lagi menghubungi anaknya.
Semua pemberitaan mengenai kasus ini membuat sang ibu terpukul. Bahkan kini dirinya harus didampingi keluarga.
Ibu Misri juga menegaskan bahwa ia tidak ingin namanya disebut dalam pemberitaan.
“Saya berharap putri saya tidak hanya jadi kambing hitam dalam kasus ini. Kami cuman minta supaya tidak ada yang ditutupi dalam kasus ini, dibuka apa adanya,” tegas ibu Misri.
Banyak Kejangglan Keluarga Nurhadi Polisi Terbuka Saja
Sedangkan keluarga korban, menduga kuat kematian Nurhadi tidak wajar dan banyak keterangan polisi yang terkesan menutup-nutupi kasus ini.
Muhammad Hambali, kakak sambung Brigadir Nurhadi, meminta kepolisian mengungkap kasus kematian Nurhadi dengan transparan.
Menurut Hambali, sejak awal, keluarga menerima kabar, Nurhadi meninggal karena tenggelam, tetapi mereka meragukan informasi tersebut.
“Apalagi tenggelam di kolam renang yang kedalamannya lebih rendah dari tinggi badan Nurhadi” ujar Hambali.
“Selain itu, banyak luka di tubuh dan wajah Nurhadi saat jenazahnya diperlihatkan,” imbuhnya.
Hambali menyatakan, mereka awalnya sepakat tidak melakukan autopsi. Namun belakangan keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada aparat untuk menggali kubur dan melakukan autopsi guna mengetahui penyebab kematian sebenarnya.
“Benar ternyata kecurigaan keluarga, ada luka-luka, patah tulang lidah, leher, dan luka-luka di wajahnya,” terang Hambali.
Hambali menyadari, perjuangan keluarga demi keadilan adik tercintanya tidak sepenuhnya akan berhasil karena keterbatasan kondisi keluarga yang biasa saja.
“Kita ini orang bawah, jadi masih terus berjuang. Kita bisa melawan, kita ini orang sipil” jelasnya.
“Bagaimana melawan orang atas seperti ini, ibarat batu lawan telur, tetap akan pecah,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Keluarga hanya menginginkan penanganan kasus Nurhadi yang transparan dan pelakunya dihukum seberat-beratnya. Hambali merasa kecewa dengan cara polisi menangani kasus yang telah merenggut nyawa adiknya.
“Saya maunya transparan, kan ada beritanya kemarin sudah ditangkap 2 polisi (YG dan HC), tapi kayaknya omong-omong saja” terang Hambali.
“Tidak ada beritanya bahwa mereka itu pakai baju tahanan. Kayak dilihat foto saja, itu pun pakaian biasa. Itu bikin kami tidak yakin,” ujarnya.
Dalam kunjungan Kompas.com (grup suryamalang) yang di kutip BEBASBARU.ID ke rumahnya yang sederhana, Hambali baru saja pulang bekerja. Hambali terlihat kelelahan setelah membantu membersihkan sisa banjir di lingkungan Gerimak.
Kasus kematian Brigadir Nurhadi yang terjadi pada 16 April 2025 di sebuah vila privat Tekek bagian dari The Beach House Resort Gili Trawangan Lombok Utara, mulai terungkap setelah dilakukan autopsi dan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh tim penyidik Direskrimum Polda NTB.
Anggota Propam Polda NTB tersebut diduga dianiaya dua atasannya, yaitu Kompol I Made Yogi Purusa Utama (YG) dan IPDA Haris Chandra (HC).***