BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – ibunya yang biasanya memanjakannya itu membentak. “Maya! Dengarlah baik-baik! Engkau adalah keturunan Suling Emas, keturunan Ratu Yalina, keturunan Raja Talibu yang gagah perkasa. Patutkah dalam saat seperti ini engkau menangis?”
“Aku tidak mau meninggalkan Ibu. Aku pun akan membantu Ibu menghadapi musuh untuk membalas kematian Ayah!”
“Bodoh! Kalau kau tinggal di sini, engkau pun akan mati.” “Aku tidak takut mati!” Ratu Mimi menahan tangisnya dan merangkul puterinya, menciumi sambil berkata,
“Itulah soalnya. Anakku. Engkau tidak boleh mati. Kalau engkau mengorbankan nyawa di sini, siapakah kelak yang membalaskan kematian ayahmu dan ibumu?
Engkau masih kecil, tenagamu belum ada artinya untuk menghadapi musuh. Engkau pergilah kepada kakek dan nenekmu, pelajari ilmu baik-baik dan kelak engkau akan mengangkat nama ayah bundamu.
Pergilah, Anakku, dan doa Ibumu selalu menyertaimu”.Ucapan ini membuat Maya tak dapat membantah lagi. Biarpun dia masih kecil, namun ia cerdik dan tabah. Dengan tangis memilukan ia merangkul dan menciumi ibunya.
Kemudian lari keluar dan ikut bersama pasukan pengawal yang akan mengantarnya ke Go-bi-san. Setelah puterinya pergi.
Barulah Ratu Mimi menangis tersedu-sedu, bukan karena takut menghadapi bahaya yang mengancam dirinya, melainkan berduka karena perpisahan dengan puteri tunggalnya yang amat dicintanya.
Tiga hari kemudian, kota raja Khitan direbut pasukan Mongol. Seperti juga suaminya, Ratu Mimi berjuang dengan gigih mempertahankan kota raja bersama para panglima dan pasukan yang setia.
Akan tetapi pihak musuh jauh lebih kuat sehingga akhirnya Ratu Mimi pun roboh dan gugur tak beda dengan suaminya, tangannya masih memegang pedang dan surat suaminya.
Dan ia tewas dengan mulut tersenyum karena pada saat terakhir ia melihat suaminya tercinta meraih dan menyambutnya penuh kasih sayang!
Pasukan Mongol membasmi Khitan, merampas wanita-wanita dan membunuh pria-pria muda, merampas harta benda dan membakar rumah-rumah, termasuk istana yang telah dirampas habis-habisan.
Gegerlah Khitan, dan bagi bangsa Khitan hari itu merupakan hari kiamat dan berakhirnya Kerajaan Khitan yang selama ini kokoh kuat.
Benarkah ini merupakan kutukan dewa akibat pelanggaran yang dilakukan oleh anak kembar Ratu Yalina yang seharusnya menurut kebiasaan dan kepercayaan lama harus menjadi suami isteri akan tetapi telah dilanggar dan mereka berdua itu menikah dengan orang lain?
Entahlah, dan mungkin benar demikian bagi yang percaya. Malapetaka hebat yang menimpa Kerajaan Khitan itu tidak diketahui.
Bahkan tidak pernah dibayangkan oleh Maya yang telah melarikan diri dikawal sepasukan pengawal terdiri dari lima belas orang pengawal pilihan.
Pasukan ini dipimpin oleh seorang panglima pengawal bernama Bhutan, seorang panglima muda yang tinggi besar dan berwatak bengis.
Lima belas orang pengawal ini kelihatannya melaksanakan tugasnya dengan taat, membawa keluar Maya dari kota raja yang terancam bahaya.
Akan tetapi sesungguhnya di dalam hati mereka terdapat perasaan tidak senang dan berduka. Betapa tidak? Keluarga mereka semua ditinggalkan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader