BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mendekatlah keputusan hukuman bagi mereka! Makin gelisah lagi ketika mereka menanti sampai lewat tiga hari, belum juga suheng mereka muncul!
“Eh, Sumoi. Mengapa Suheng belum juga keluar?” Maya berkata ketika mereka berjalan kembali ke depan Istana Pulau Es.
“Mungkin arcanya belum selesai, Suci,” kata Siauw Bwee yang selalu ingin membela Han Ki.
“Selesai atau belum, semestinya dia keluar untuk memenuhi janjinya. Dia tentu sudah tahu bahwa tiga bulan telah lewat, dan tahu pula betapa menyiksanya menanti seperti ini.”
Siauw Bwee menghela napas. Sebenarnya dia pun merasa gelisah sekali, akan tetapi dia tidak mau menyatakan di depan sucinya karena dia hendak melindungi Han Ki.
“Tentu ada sesuatu yang menyebabkan Suheng terlambat, Suci. Biasanya Suheng tidak pernah melanggar janji. Harap Suci suka bersabar satu dua hari lagi, tentu Suheng akan keluar menemui kita.”
“Tidak! Kita sudah menunggu tiga hari. Itu sudah cukup. Aku akan menyusulnya ke dalam!”
Setelah berkata demikian, Maya lalu melangkah memasuki Istana Pulau Es untuk mencari Han Ki di dalan ruangan tempat mereka menyimpan arca dahulu, yaitu di ruangan bawah.
Melihat ini, tentu saja Siauw Bwee tidak mau tinggal sendiri dan dia pun cepat melangkah maju dan bersama sucinya memasuki istana.
Sunyi sekali di dalam istana itu. Dengan jantung berdebar, kedua orang dara itu memasuki ruangan bawah yang pintunya tertutup.
Maya mendorong daun pintu, bersama Siauw Bwee memasuki ruangan itu. Tiga buah arca batu pualam putih berdiri berjajar di situ, amat indah dan hidupnya menggambarkan mereka bertiga!
Kam Han Ki berdiri di tengah-tengah, Siauw Bwee di sebelah kanan dan Maya di sebelah kiri. Dua orang dara itu terpesona, sejenak malah lupa kepada Han Ki, memandang tiga buah arca itu dengan mata terbelalak kagum.
Benar-benar suheng mereka tidak membohong, tiga buah arca itu indah sekali, jauh lebih indah daripada yang dibuatnya dahulu.
Apalagi arca-arca itu menggambarkan keadaan mereka sekarang, berbeda dengan yang dahulu, yang menggambarkan mereka yang masih remaja.
Tiga buah arca itu, ini menggambarkan seorang pria tampan dan gagah namun berwajah sayu, dan dua orang dara yang sudah dewasa, bagaikan dua kuntum bunga yang mengharapkan datangnya lebah, memanggil lebah dengan keharuman mereka.
Akan, tetapi, ke mana perginya Han Ki?
“Suheng, di mana engkau?” Tiba-tiba Siauw Bwee berseru memanggil ketika dia tidak dapat menemukan suhengnya di dalam ruangan itu.
“Hemm, dia malah meninggalkan kita. Dia sudah pergi, Sumoi. Lihat!” Maya berkata, menuding ke bawah. Siauw Bwee menghampiri dan bersama sucinya membaca tulisan yang dicorat-coret di atas lantai.
“Maya-sumoi dan Khu-sumoi, aku masih belum dapat mengambil keputusan. Masih mencari-cari. Maafkan aku terlambat beberapa hari.”
“Hemm, Suheng benar-benar mempermainkan kita!” Maya berkata marah, kakinya menginjak-injak ukiran huruf-huruf di lantai sehingga lantai kembali rata dan huruf-huruf itu lenyap.
Melihat ini, Siauw Bwee merasa tidak senang. “Suci, engkau terlalu…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader