BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dengan jantung berdebar dan suara lirih hampir tidak terdengar, Yan Hwa mengangguk dan berkata, “Baiklah, aku menerima usulmu.
Akan tetapi, kalau sampai engkau melanggar janji, aku bersumpah untuk menghancurkan kepalamu dan menyayat-nyayat tubuhmu!”
“Terima kasih, engkau sungguh seorang dara yang cerdik dan menyenangkan sekali! Ahh, Nona, betapa keputusanmu itu mendatangkan rasa gembira yang hebat di hatiku. Terima kasih!”
Suma Hoat melompat turun, merangkul Yan Hwa dan mencium dara itu dengan kemesraan yang membuat Yan Hwa menjadi nanar.
Belum pernah dia dicium orang seperti itu. Ji Kun pun belum pernah menciumnya semesra itu! Dia tidak tahu bahwa yang mendekap dan menciuminya adalah Jai-hwa-sian.
Seorang yang tentu saja amat ahli dalam permainan cinta! “Kebaikanmu harus dirayakan, Nona!” Suma Hoat menghampiri pintu, membuka daun pintu dan memanggil pelayan.
Menyuruh pelayan menyediakan air hangat untuk mandi, dan hidangan yang mewah, masakan-masakan termahal dan terlezat bersama arak yang paling baik!
Kalau tadinya Yan Hwa masih merasa berat, malu-malu, dan merasa bahwa dia telah melakukan suatu perbuatan maksiat yang hina dan kotor.
Lambat laun perasaan itu lenyap sama sekali terganti perasaan girang dan senang yang luar biasa berkat kepandaian Suma Hoat merayunya.
Kalau masih ada awan tipis menyelubunginya, segera awan itu tertiup pergi oleh hiburan paksaan berupa pendapat bahwa dia melakukan hal itu demi menyelamatkan nyawa suhengnya!
Manusia adalah makhluk yang amat lemah terhadap nafsunya sendiri. Kelemahan ini ditambah lagi dengan bermacam perasaan bersalah.
Karena larangan-larangan yang mereka ciptakan sendiri sehingga setiap perbuatan mereka adalah tidak wajar dalam usaha mereka menghindarkan diri dari pelanggaran larangan itu.
Demikian pula dengan Yan Hwa. Kalau memang dia tidak bersikap palsu, maka baginya hanya tinggal memilih apa yang akan dilakukannya sesuai dengan kehendak hatinya.
Tanpa penyesalan tanpa pura-pura dan tanpa mencari kambing hitam sebagai alasan pendorong perbuatannya.
Dia seorang wanita yang lemah, mudah jatuh di bawah rayuan pria tampan seperti Suma Hoat.
Akan tetapi, dia hendak menutupi kelemahannya ini dengan alasan yang dicari-cari sehingga semua perbuatannya adalah tidak wajar dan karenanya menjadi kotor.
Sehari semalam kedua orang itu mandi dalam telaga asmara, tiada bosan-bosannya dan pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum sinar matahari mengusir kegelapan malam.
Keduanya mengakhiri permainan cinta mereka karena sudah tiba saatnya dalam perjanjian mereka untuk membebaskan Yan Hwa dan Ji Kun.
Dengan hati penuh kagum dan puas, Suma Hoat mencium Yan Hwa sambil berkata, “Ah, engkau dan aku cocok sekali, Yan Hwa.”
Sejenak Yan Hwa membalas ciuman itu, kemudian didorongnya dada Suma Hoat sambil berkata, “Cukup, Suma Hoat. Kau tahu bahwa aku melakukan semua itu untuk menebus keselamatan aku dan suheng.”
“Ha-ha-ha, tak usah kau berpura-pura, manis. Beranikah engkau menyangkal bahwa engkaupun, seperti aku, menikmati hubungan kita yang pendek ini?”…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader