BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Petualangan Maya kini sampai di tempat yang membuat dia merasa bingung ketika melihat dari sebuah lereng bukit ke arah padang pasir yang membentang luas di kaki bukit.
Entah berapa luasnya padang pasir itu karena tidak tampak tepinya dan angin senja menggerak-gerakkan permukaan padang pasir sehingga berombak seperti laut!
Ia merasa takut dan bingung harus mengambil jalan mana. Kalau dia harus menyeberangi padang pasir itu, dia tidak berani.
Sudah banyak dongeng didengarnya dahulu dari ayah bundanya akan bahaya padang pasir yang kadang-kadang mengamuk atau diamuk badai dan sudah banyak manusia ditelan lenyap oleh padang pasir itu.
Bahkan pernah ia mendengar betapa orang-orang yang kehabisan air dan persediaan makan yang kelaparan dan terutama sekali kehausan, tiba-tiba melihat air melimpah-pimpah akan tetapi apabila didekati, air itu akan lenyap!
Benar-benar banyak siluman tinggal di tempat itu dan setiap saat siluman-siluman itu mengganggu manusia! Maka Maya tidak berani ke selatan melalui padang pasir itu.
Melainkan membelok ke barat melalui pegunungan yang biarpun amat sukar ditempuh, namun setidaknya sudah dikenalnya.
Petualangan nya Sejak kecil ia sudah biasa ke hutan-hutan dan gunung-gunung, maka daerah seperti ini dikenalnya, tidak seperti padang pasir, yang gundul dan mengerikan itu.
Malam itu ia bermalam di sebuah hutan di puncak bukit dan dari tempat yang tinggi ini tampaklah olehnya di kaki bukit sebelah barat terdapat sinar-sinar api yang berarti bahwa di sana tentulah terdapat tempat tinggal manusia.
Maka hatinya menjadi girang dan pada keesokan harinya, berangkatlah ia ke barat. Siapa kira, perjalanan menuruni bukit ini amat sukarnya, melalui jurang-jurang dan anak-anak bukit sehingga sampai matahari naik tinggi.
Belum juga ia sampai ke tempat yang diduganya tentu sebuah dusun yang semalam tampak penerangannya dari puncak bukit.Ia menjadi girang ketika melihat sebuah bangunan tak jauh didepan.
Biarpun dia sudah lelah sekali dan peluhnya membasahi muka dan leher, namun melihat bangunan itu, Maya melupakan kelelahannya dan berjalan lagi menuruni lereng.
Tentu di situlah dusun yang dilihatnya semalam dari puncak. Akan tetapi, betapa kecewa hatinya ketika ia mendapat kenyataan bahwa kuil yang dahulunya tentu besar, akan tetapi kini sudah rusak akibat perang lalu ditinggal terlantar.
Sebagian atapnya sudah runtuh, lantainya berlumut dan dindingnya menjamur. Biarpun demikian, lumayan untuk tempat mengaso di terik panas membakar seperti itu.
Tiba-tiba Maya cepat memasuki bangunan, menyelinap dan bersembunyi di bawah sebuah meja batu bobrok yang depannya tertutup oleh hancuran bekas arca.
Jantungnya berdebar tegang karena hampir saja ia kurang cepat bersembunyi karena berkelebatnya bayangan yang datang itu cepat bukan main.
Ternyata mereka adalah dua orang laki-laki, yang seorang berpakaian sebagai seorang perwira bangsa Yucen, adapun yang seorang lagi adalah seorang Han yang usianya dua puluh lebih.
Berpakaian seperti pembesar, seorang pemuda yang mempunyai sepasang mata aneh dan liar gerakannya, akan tetapi yang bicaranya halus dan mukanya berbentuk lonjong menjulur ke muka seperti muka kuda.
Muka yang buruk dan tidak menyenangkan! Maya tidak berani bergerak bahkan mengatur napasnya karena ia dapat menduga bahwa kedua orang itu…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader