BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kewajiban terakhir, yaitu memperingatkan kepadamu bahwa engkau memikul tanggung jawab dan tugas yang amat berat. Dua orang anak itu, dia kini sepenuhnya menjadi tanggunganmu.
Engkaulah yang harus memimpin mereka, dan…. pesan ku engkau hati-hatilah karena bukan hal yang ringan kauhadapi.
Kulihat hal-hal yang amat meresahkan, akan tetapi…. biarlah Tuhan yang akan mengaturnya dan semua tergantung dari kalian bertiga sendiri. Tak perlu kujelaskan lagi karena aku tidak dapat menerangkan lebih jeias.
Yang penting, engkau harus mengajarkan ilmu-ilmu yang kutinggalkan di Pulau Es, tidak saja mengajarkannya kepada kedua orang sumoimu ini.
Yaaa, mereka adalah sumoimu, Han Ki, karena aku mengangkat mereka sebagai murid pula, dengan meninggalkan kitab-kitab pelajaran untuk mereka.
Juga engkau dapat memperdalam ilmumu dari kitab-kitab yang kutinggalkan. Kurang lebih lima li dari sini, di sebelah utara, di dalam guha batu karang di tebing laut.
Ada kutinggalkan sebuah perahu yang kuat. Bawalah kedua sumoimu itu ke sana, kemudian berlayarlah engkau ke Pulau Es.
Kalau dari tempat perahu itu engkau berlayar lurus menuju ke matahari terbit, engkau akan tiba di Pulau Es.
Sekarang ini saatnya karena laut sedang tenang dan tidak ada penghalang sehingga jika engkau mendayung kuat-kuat dalam waktu setengah hari engkau akan tiba di Pulau Es.”
“Pulau Es….?” Han Ki berdebar tegang.
“Pulau tempat kerajaan nenek moyangku yang sudah musnah. Akulah yang terakhir. Istana Pulau Es itu kutinggalkan untuk kalian bertiga.
Hati-hatilah engkau terhadap ular-ular merah di pulau itu, hati-hati pula terhadap orang-orang aneh yang mengaku datang dari Pulau Neraka.
Pesan ku buat kalian bila sudah berhasil tiba di sana, pelajarilah ilmu dengan tekun dan jangan sekali-kali meninggalkan pulau kalau ilmu kalian belum cukup masak.
Dunia ini banyak terdapat orang aneh, pandai dan menyeleweng, maka kalian harus hati-hati menghadapi mereka.
Akan tetapi…. yang paling berbahaya adalah menghadapi diri kalian sendiri….“ kakek itu berhenti bicara dan menghela napas panjang.
Tiba-tiba Maya menjatuhkan diri berlutut di depan Bu Kek Siansu di dekat Han Ki, diturut pula oleh Siauw Bwee.
“Suhu hendak ke manakah?” tanya Siauw Bwee, kini menyebut suhu setelah mendengar bahwa dia dan Maya diaku sebagai murid oleh kakek aneh itu.
Kakek itu tersenyum dan menggeleng kepala. “Kuberi tahu juga tidak mengerti engkau, Siauw Bwee.”
“Suhu, setelah kami diterima sebagai murid, bolehkah teecu bertanya?” Maya berkata, suaranya nyaring, matanya yang seperti bintang itu bersinar-sinar memandang gurunya.
“Bertanyalah selagi ada kesempatan, Maya.” .
“Suhu tadi mengatakan bahwa paling berbahaya menghadapi diri sendiri. Apa yang Suhu maksudkan?”
Kakek itu tersenyum den memandang kepada Han Ki. “Jawabannya boleh kaudengar dari Suhengmu dan mulai saat ini, segala hal dapat kautanyakan kepada Suhengmu.
Karena dialah yang mewakili aku mengajar kalian berdua. Han Ki, jawablah pertanyaan Maya tadi.“
Dengan suara tenang dan tetap Han Ki menjawab kepada Maya sambil memandang anak perempuan itu. “Sumoi, yang dimaksudkan oleh Suhu…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader