BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Api dan terhuyung-huyung memasuki taman yang gelap. Sinar api hanya menyinar melalui celah-celah pohon kembang dan di tempat inilah laki-laki itu terguling roboh.
Tubuh Han Han terlepas dari dukungannya dan terbanting pula ke atas tanah yang bertilam rumput hijau basah dan segar.
“Ibu….!”
Han Han siuman kembali dan pertama-tama yang teringat olehnya adalah ibunya.
Akan tetapi sinar merah dan suara berkerotokan rumah terbakar itu menyadarkannya dan ia cepat bangkit duduk menoleh ke arah rumah keluarganya yang terbakar. “Ibu….!”
“Aagghhh…. Kongcu…. Ibumu…. sudah tewas….”
Han Han bangkit dan terhuyung-huyung menghampiri orang yang rebah tak jauh dari situ. Ia berlutut dan hampir tak dapat mengenal wajah yang sudah melepuh, kepala yang gundul dan tubuh yang hangus itu.
Akan tetapi sinar api kadang-kadang menjilat sampai ke situ dan ia dapat mengenal bentuk muka ini. “A Sam….!” Ia memeluk.
Anak ini amat cerdik dan kuat ingatan. Tadi ia berada di kamar ibunya, sekarang berada di taman dan A Sam luka-luka terbakar.
Segera ia dapat menarik kesimpulan bahwa pelayannya yang setia inilah yang menolongnya keluar dari rumahnya yang terbakar. Ia teringat ayahnya yang sudah tewas pula, dan teringat cicinya di kamar sebelah.
“Cici Leng….?”
“…. dibawa pergi…. anjing-anjing Mancu…. kau pergilah, Kongcu…. pergilah jauh-jauh…. menyamar sebagai pengemis…. jangan berada di kota ini…. aku…. aku…. auugghhh….”
A Sam, pelayan tua yang amat setia dari Keluarga Sie, yang selalu menjadi teman bermain Han Han semenjak ia dapat berjalan, menjadi lemas.
“A Sam….! A Sam….!”
Namun orang itu tidak menyahut, dan tidak akan dapat menjawab lagi karena ia telah mati. Mati sebagai seorang yang setia dan karenanya mati sebagai seekor harimau! Han Han duduk melamun.
Ia tidak menangis. Tidak dapat menangis lagi. Dan ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mendorongnya untuk berpikir, untuk berbuat dan menggkinakan akalnya.
Matanya melirik ke kanan kiri seperti mata seekor anjing yang dikurung dan mencari kesempatan untuk keluar. Mata yang cerdik sekali.
Terjadi pada diri Han Han yang tidak ia sadari sendiri. Ketika tadi ia dibanting lalu ditendang, kepalanya terbanting menumbuk dinding dan getaran bantingan inilah yang agaknya mengubah keadaan pikirannya.
Mendatangkan ketabahan luar biasa, kecerdikan yang aneh, dan membuat ia tidak dapat susah lagi!
Biarpun kini menghadapi kematian ayah bundanya, dan kehilangan cicinya, yang berarti bahwa seluruh keluarganya hancur, ia sama sekali tidak merasa susah!
Yang ada hanya bayangan tujuh orang perwira, terutama sekali wajah dan bentuk tubuh perwira brewok dan perwira muka kuning, seperti terukir di benaknya, takkan terlupa…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader