BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hebat nona itu meronta dan melawan, makin senanglah hatinya. Dalam pandangan Han Han, ia seolah-olah melihat seekor kucing besar yang mempermainkan seekor tikus kecil sebelum ditelannya.
Ia sudah melangkah maju dengan tangan terkepal, hendak nekat menubruk dan memukul punggung Si Brewok ketika tiba-tiba terdengar suara ibunya.
“Leng-ji (Anak Leng)…. anakku….!”
Suara ini terdengarnya demikian memilukan sehingga Han Han mengurungkan niatnya menolong cicinya, atau terlupa karena seluruh perhatiannya kini tertuju kepada ibunya.
Agaknya Nyonya Sie yang sudah hampir pingsan karena teringat kepada suaminya dan kini pun tidak berdaya menghadapi rangsangan Si Perwira Muka Kuning.
Ketika mendengar jerit Sie Leng, timbul kekuatannya dan meronta sambil memanggil anaknya. Ia berhasil melepaskan diri daripada cengkeraman kedua tangan perwira muka kuning dan dengan pakaian hampir telanjang ia lari ke pintu.
Namun sekali melompat, perwira muka kuning telah menangkapnya kembali dan melemparkannya ke atas pembaringan sambil tertawa.
“Heh-heh, biarkanlah puterimu sedang bersenang-senang dengan kawanku. Mari kini bersenang-senang di sini, Manis. Heh-heh-heh!”
Kembali ia menubruk nyonya itu dan pada saat itulah Han Han mendorong pintu kamar ibunya dan meloncat masuk.
Melihat keadaan ibunya, ia berteriak nyaring dan menerjang maju, memukuli punggung perwira muka kuning, menjambak rambutnya, membetot-betotnya agar melepaskan ibunya.
“Ehhh! Bocah setan….! Mau apa kau….?” Perwira itu menoleh, tanpa menghentikan usahanya menggelut Nyonya Sie.
“Han Han….! Pergilah….! Pergilah jauh-jauh dari sini….!” Nyonya Sie bergerak dan membelalakkan mata melihat puteranya.
“Ibu….!”
“Hemmm, anakmu, ya? Mengganggu saja!” Si Perwira Muka Kuning meloncat, menjambak rambut Han Han sehingga tubuh anak itu tergantung.
Akan tetapi Han Han tidak takut, melotot dan kedua tangannya berusaha memukul. Perwira itu lalu menampari mukanya.
“Plak-plak-plak-plak!” Berkali-kali sampai muka itu menjadi matang biru dan membengkak, mulutnya mengeluarkan darah.
Namun anak itu masih memandang dengan mata melotot, penuh kebencian kepada perwira muka kuning.
“Han Han….!” Nyonya Sie menjerit.
Perwira itu membanting tubuh Han Han ke atas lantai, suaranya berdebuk dan tubuh anak itu rebah miring. Akan tetapi Han Han masih bergerak hendak bangun. Sebuah tendangan mengenai tengkuknya, membuat kepalanya nanar dan berkunang.
Kemudian kembali kaki perwira itu menendang, keras sekali mengenai dadanya……..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader