BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kalau di ukur tingkat kepandaian perorangan antara anggauta kedua “tin” ini, agaknya berimbang dan tidak banyak selisihnya. Maka jika seorang di antara mereka dikeroyok dua orang lawan, tentu akan kalah.
Kalau lingkaran luar Pek-lian-tin itu menerima serangan lawan begitu saja, tentu mereka akan hancur mengingat bahwa jumlah mereka hanya delapan orang menghadapi serangan lima belas orang.
Akan tetapi, setelah bertanding, barisan ini memperlihatkan kehebatannya. Tiba-tiba mereka itulah yang sekarang bergerak memutar sambil menangkis sebuah serangan.
Dan karena mereka bergerak memutar ini maka setiap orang pengemis Pek-lian Kai-pang hanya cukup menangkis serangan seorang lawan saja lalu bergerak ke kiri menerima pula serangan tongkat hitam yang lain.
Adapun orang ke dua fihak lawan yang menyerangnya otomatis telah “diterima” oleh teman yang datang menggeser dari kanan. Memang gerakan ini membuat mereka menerima serangan secara bertubi-tubi.
Namun tetap saja mereka itu masing-masing hanya menghadapi seorang lawan saja.
Kemudian secara tiba-tiba sekali, barisan sebelah dalam yang terdiri dari lima orang, cepat dan tidak terduga-duga oleh barisan lawan yang sedang gembira mendesak lingkaran luar yang berputaran itu.
Menerjang dari celah-celah antara dua orang kawan yang membentuk Pak-kwa-tin. Mereka ini menerjang dengan tongkat mereka menuju ke sebuah sasaran saja, yaitu ke arah seorang lawan yang mereka lihat dari dalam tadi berada dalam posisi lemah.
Terdengar teriakan-teriakan kesakitan dan robohlah tiga orang pengemis baju hitam. Lima orang anggauta Ngo-heng-tin itu telah berhasil mero bohkan tiga orang lawan dan karena serangan mereka tadi amat tiba-tiba.
Maka fihak lawan hanya ada dua orang saja yang mampu menangkis, sedangkan yang tiga orang kena dihantam kepalanya dan roboh berkelojotan dengan kepala retak!
“Nah, kau lihat kelihaian Pek-lian-tin!” seru Sin Lian dengan suara nyaring, sebetulnya ucapan ini ditujukan kepada Han Han akan tetapi terdengar oleh semua orang karena keadaan di situ sunyi dan tegang.
Kecuali suara beradunya tongkat dan terengahnya napas mereka yang sedang bertempur.
Han Han merasa kagum, akan tetapi juga ketidak senangannya terhadap ilmu silat bertambah. Ia terbelalak memandang ke arah tiga orang pengemis baju hitam yang berkelojotan kaki tangannya.
Mulutnya mengeluarkan rintihan perlahan, darah mengalir dari mata, telinga, hidung dan mulut. Kemudian mereka berhenti berkelojotan dan tidak bergerak lagi.
Han Han bergidik. Untuk inikah ilmu silat dilatih? Untuk inikah perkumpulan kai-pang dibentuk? Ia menyapu wajah mereka yang sedang bertempur seru.
Wajah penuh keringat, berkilat-kilat, akan tetapi masih kalah oleh kilatan mata mereka yang penuh nafsu membunuh, mulut yang menyeringai, seolah-olah mereka amat gembira menghadapi perjuangan antara mati dan hidup ini!
Seolah-olah mereka itu sekumpulan kanak-kanak tengah bermain-main, tidak ada ketakutan terbayang di wajah mereka, yang ada hanya nafsu untuk menang, untuk menghancurkan lawan, untuk membunuh!
Setelah kehilangan tiga orang kawan, barisan pengemis baju hitam menjadi hati-hati sekali. Mereka maklum bahwa kalau dilanjutkan, selain…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader



