BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Akan tetapi sekarang, gurunya benar-benar tidur dan Sin Lian masih terus menari-nari seperti telah menjadi gila!
Dari bingung, Han Han menjadi ketakutan dan diguncang-guncangnya pundak Lauw-pangcu sambil berteriak-teriak.
“Suhu….!Suhu…. Bangunlah, suhu….!” Lauw-pangcu serentak bangun dan matanya terbelalak ketika meloncat dari bangkunya.
“Apa…. apa yang terjadi….?” tanyanya seperti orang habis bangun dari mimpi, padahal ia tertidur belum ada dua menit! Ketika ia menoleh ke arah puterinya, wajahnya kembali menjadi pucat.
Kakek ini sudah mempunyai pengalaman yang banyak sekali, akan tetapi apa yang ia alami sekarang ini benar-benar membuat ia tidak mengerti dan terheran-heran.
Namun, ia sudah dapat menguasai perasaannya, cepat ia melompat mendekati Sin Lian yang masih menari-nari berloncat-loncatan seperti seekor monyet nakal itu, menangkap pundak puterinya dan menotok punggungnya.
Sin Lian mengeluarkan suara merintih perlahan lalu roboh pingsan dalam pelukan ayahnya.
“Dia…. dia kenapakah, Suhu? Suci mengapa tadi….?” tanya Han Han, khawatir juga menyaksikan semua itu karena kini ia dapat menduga bahwa keadaan Sin Lian tadi tidak wajar, bukan menari-nari untuk mengejeknya.
Kakek itu hanya menghela napas panjang, lalu merebahkan tubuh puterinya di atas dipan, memeriksanya sebentar lalu berkata lirih,
“Tidak apa-apa, sebentar lagi pun sembuh, ia tertidur.” Kemudian ia mengajak Han Han keluar.
“Han Han, mari kita bicara di luar.” Dengan hati tidak enak Han Han mengikuti gurunya keluar kamar dan duduk di ruang depan pondok kecil itu.
Mereka duduk berhadapan dan Lauw-pangcu kini memandang wajah muridnya dengan pandang mata tajam penuh selidik. Makin tidak enak hati Han Han dan ia menunduk.
“Han Han, pandanglah mataku!” perintah kakek itu.
Han Han mengangkat mukanya memandang. Sejenak pandang mata mereka bertemu dan jantung kakek itu berdebar. Mata yang hebat!
Ia merasa betapa sinar mata itu mendesak pandang matanya, menusuk masuk dan membuat jantungnya tergetar. Seperti mata iblis!
Akan tetapi saat itu kosong sehingga yang terasa hanya ketajamannya yang menggetarkan dan betapapun kakek ini mengerahkan sin-kangnya, akhirnya ia tidak kuat menahan dan terpaksa mengalihkan pandang matanya, tidak kuat lebih lama beradu pandang.
Padahal ia telah memiliki sin-kang (tenaga sakti) yang amat kuat! Tertipukah ia? Adakah bocah ini murid seorang sakti yang telah memiliki tenaga mujijat? Harus kucoba lagi.
Berpikir demikian, Lauw-pangcu menggerakkan tangan kanan cepat sekali, tahu-tahu telah menotok jalan darah kian-keng-hiat di pundak anak itu. Seketika tubuh Han Han menjadi kaku tak dapat digerakkan.
Akan tetapi hanya sebentar saja karena kakek itu telah menotoknya kembali, membebaskannya. Lauw-pangcu menunduk dan makin heran. Jelas bahwa anak ini tidak mengerti silat, dan tidak pernah belajar silat.
Orang yang mengerti ilmu silat tentu memiliki gerak otomatis sebagai reaksi atas penyerangan terhadap dirinya. Anak ini sama sekali tidak mempunyai gerak itu, tidak berusaha mengelak atau menangkis, bahkan…….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader



